Merdi Sihombing, Perancang Busana Kain Nusantara yang Memukau Dunia

Merdi Sihombing, Perancang Busana Kain Nusantara yang Memukau Dunia - GenPI.co
SIRAT, Karya Merdi Sihombing untuk Autumn/Winter 2019 disambut positif di ILFWDA Fashion Week, London.

Midian Sefnat Sihombing Hutasoit yang lebih dikenal sebagai Merdi Sihombing sendiri adalah perancang busana yang mengolah kain tenun nusantara. Lewat karyanya, tenun nusantara mendapatkan tempat terhormat di Indonesia. Merdi juga dikenal tekun memperkenalkan Ulos, termasuk mengolah motif baru dan menggunakan pewarna alam dalam karya-karyanya. 

Selama 15 tahun berkarya, Merdi telah aktif melakukan community development di berbagai tempat di Indonesia dalam mengembangkan tekstil nusantara. Merdi pernah mencatat rekor MURI atas penemuan teknik tenun dengan pewarna alam. Proyek pengembangan ulos bekerja sama dengan Austria membuat karyanya menjadi satu-satunya karya anak bangsa yang dipamerkan di Museum Swarovskl Austria. 

Tema “Sirat” diangkat Merdi Sihombing sebagai sajian utamanya di London dan Dhaka. Sirat adalah produk anyaman benang yang dikerjakan dengan teknik table weaving. Helai demi helai sirat yang berbentuk seperti pita itu dijahit menjadi satu, hingga membentuk gaun panjang, jumpsuit maupun longcoat yang diberi aksentuasi manik metal spike

“Sirat biasanya digunakan sebagai hiasan kepala saat ritual adat. Bentuknya menyerupai pita sepanjang 1 meter dengan lebar 5-7 cm. Sirat biasanya terdiri atas tiga warna yang melambangkan dunia dengan komposisi warna putih di atas, merah di tengah dan hitam di bawah. Motif ini disebut dengan istilah Sacred Geometry.” jelas Merdi.

Merdi juga menyuguhkan koleksi klasik tenun ikat Hitam Putih, dan sejumlah koleksi dari kain yang diproduksi di Umapura Alor, sebuah atol kecil di Pulau Ternate. 

Fashion yang ramah lingkungan (eco-fashion) dan fashion terbarukan (sustainable fashion) beberapa tahun belakangan menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia. Terlebih ketika Ellen MacArthur Foundation melansir data yang menyatakan polusi yang dihasilkan dari industri fashion sama dengan polusi yang dihasilkan oleh batubara, migas bahkan petrokimia. 

Dalam data laporan  yang dilansir pada 2017 lalu itu, MacArthur menyatakan setiap detik terdapat 1 truk limbah tekstil yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau dibakar. Kerugian setiap tahun diperkirakan mencapai USD 500 Milyar dari pakaian yang jarang dipakai atau tak pernah didaur ulang. Pada tahun 2050, industri fashion bahkan  diperkirakan akan menggunakan 25% dari bujet karbon dunia apabila tidak ada seorang pun yang melakukan aksi perubahan. 

Data tersebut juga memaparkan tentang fakta pahit bahwa industri fashion telah melakukan pencemaran yang masif, yakni membuang satu juta ton mikrofiber per tahun ke laut, yang setara dengan 50 trilyun botol plastik.  Fakta di lapangan menunjukkan mikrofiber hampir mustahil untuk dibersihkan dan suatu saat akan masuk ke dalam rantai makanan yang dikonsumsi manusia.  

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya