Bangka Culture Wave Rupanya Terilhami dari Ceng Beng

Bangka Culture Wave Rupanya Terilhami dari Ceng Beng - GenPI.co
Event Bangka Culture Wave 2019 bisa menjadi media hiburan bagi perantau yang pulang ke Bangka untuk merayakan Ceng Beng.

“Sejarah panjang dimiliki Ceng Beng. Intinya, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur,” papar Yusak lagi.

Ceng Beng terus berkembang di era Dinasti Ming (1368-1644 M) dengan pendiri Zhu Yuan Zhang. Kaisar Zhu sangat menghormati orang tuanya. Zhu lalu memerintahkan warga membersihkan makam leluhur. Tidak lupa, makam yang sudah dibersihkan diletakan kertas kuning sebagai tanda.

Tradisi tersebut terawat Bangka dan Sungailiat.  Warga selalu membersihkan makam leluhur sebelum 5 April. Mereka membersihkan makam, mencuci dinding makam, hingga dicat ulang. Cat ulang ini yang utama untuk tulisan dalam makam. Warnanya identik merah sebagai simbol keberuntungan. Ada juga cat warna kuning sebagai simbol kemakmuran. Bila makam bersih baru disembahyangi pada 5 April.

Rangkaian panjang dimiliki tradisi Ceng Beng. Setelah pembersihan makam, ada sesaji yang wajib disiapkan. Ada 2 unsur yang disiapkan dalam sesaji, yaitu laut dan darat. Keduanya menggambarkan air dan tanah sebagai simbol kehidupan. Untuk sesaji unsur laut diantaranya, kepiting, udang, dan cumi-cumi. Warna darat diwakili oleh ayam dan buah jeruk.

Bila semua rangkaian dilewati, Ceng Beng masuk acara inti. Masyarakat Tionghoa di Bangka melakukan sembahyang Ceng Beng. Beragam doa dipanjatkan. Selain kebaikan bagi leluhur, doa kebahagiaan hidup pun ditebar bagi keluraga yang hidup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya