Hadapi Industri 4.0, Periwisata Indonesia Harus Miliki 4 Pilar Ini

Hadapi Industri 4.0, Periwisata Indonesia Harus Miliki 4 Pilar Ini - GenPI.co
pariwisata Indonesia. (Foto: Kanal Wisata)

Memasuki revolusi industri keempat atau lebih dikenal dengan industri 4.0 menjadi lompatan besar untuk berbagai bidang nasional, termasuk pariwisata. Pada era, ini aspek penguasaan teknologi digital menjadi kunci penentu daya saing. Selain itu, diperlukan peran milenial untuk mendukung pariwisata memasuki era 4.0 ini.

Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Prof. Azril Azahari, PhD memaparkan, strategi melibatkan milenial dalam industri pariwisata 4.0 memang dirasa penting. Namun menurutnya hal itu perlu kajian yang komperhensif lagi.

“Kalau untuk promosi dan marketing oke, tapi untuk mengembangkan destinasi wisatanya, ini tantangan bagi kementerian pariwisata. Apakah nanti generasi millennial akan mendatangkan banyak dollar untuk Indonesia?,” jelasnya saat ditemui GenPI.co di kawasan Sahid Sudirman Center, Jakarta, Minggu (18/2).

Ia menekankan, agar potensi pariwisata maksimal menghadapi industri ini Indonesia perlu memiliki 4 pilar utama. Pertama adalahi safety and security (keselamatan dan keamanan), kedua healthy and hygienis (kesehatan dan kebersihan), ketiga tourism information and interaction (informasi dan interaksi) dan keempat environment responsibillity (lingkungan).

Safety bisa diartikan sebagai faktor keamanan yang menjamin wisatawan merasa aman secara fisik maupun psikologis. Destinasi wisata sebaiknya memiliki sarana dan fasilitas yang memadai sesuai dengan standar operasional prosedur. Kedua faktor kesehatan yang merupakan elemen penting tempat wisata dalam menyediakan aneka kuliner bersih dan enak serta memunculkan ciri khas.

“Kami juga akan membuat dan mengembangkan halal tourism, walaupun sudah terlambat gak masalah. Justru kita kalah start  sama Thailand dan negala lainnya yang mengembangkan halal tourism terlebih dahulu. Itu yang saya sedihkan,” ungkapnya.

Yang tak kalah penting adalah adanya akses informasi terhadap tempat wisata di Indonesia, dan adanya interkasi dengan para petugas ataupun penduduk lokal. Menurutnya Indonesia perlu belajar  mengelola akses tersebut dengan baik.

“Contohnya,  kalau kita ke Singapura atau Jepang, begitu sampai airportnya para turis tidak kebingungan lagi harus kemana. Sebab di bandara sudah ada flyer atau brosur yang mengantarkan mereka kemana-mana,” imbuhnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya