
"Saya dapat memberitahu Anda bahwa komite kreditur mengadakan pertemuan teknis awal pekan ini, dan pertemuan lanjutan direncanakan untuk minggu depan," kata Gerry Rice dalam keterangannya.
Pada Januari, Chad menjadi negara pertama yang meminta restrukturisasi utang di bawah mekanisme baru yang ditetapkan tahun lalu oleh G20.
Negara ini telah berjuang dengan beban hutang yang berat yang diperburuk oleh penurunan yang disebabkan oleh Covid-19, yang menenggelamkan harga minyak ekspor utamanya.
Negara ini juga termasuk di antara beberapa negara di Afrika yang menghadapi beban utang yang tinggi, dan Ethiopia serta Zambia telah membuat permintaan keringanan utang yang serupa.
Sebelumnya, pada akhir Januari, pemberi pinjaman krisis yang berbasis di Washington mengumumkan perjanjian interim empat tahun di bawah Fasilitas Kredit yang Diperpanjang dan Fasilitas Dana yang Diperpanjang, keduanya dipandang sebagai langkah yang diperlukan dalam merestrukturisasi utang Chad.
BACA JUGA: Surat Albert Einstein Terjual Rp17 Miliar, Isinya Rumus Dahsyat
Namun, dewan eksekutif IMF belum menyetujui program tersebut. Menurut data dana, utang luar negeri Chad mencapai 25,6 persen dari PDB pada akhir 2019.
"Chad sangat membutuhkan keringanan utang untuk membantu pulih dari krisis ini, dan keberhasilan dengan permintaan kerangka umum (Chad) juga akan membantu lebih banyak negara melangkah maju jika mereka membutuhkan restrukturisasi utang," tutur Rice.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News