Amerika Serikat Bongkar Borok China, Fakta Mengejutkan Terungkap

Amerika Serikat Bongkar Borok China, Fakta Mengejutkan Terungkap - GenPI.co
Muslim Uighur di Xinjiang. Foto: Reuters/far.

GenPI.co - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dalam panggilan telepon dengan diplomat top China kembali menyuarakan keprihatinannya tentang 'genosida yang sedang berlangsung dan pembersihan etnis' terhadap Muslim Uigur di wilayah barat.

Blinken berbicara dengan pejabat tinggi urusan luar negeri Partai Komunis China, Yang Jiechi, membahas berbagai masalah pelik yang dihadapi dua kekuatan besar termasuk program nuklir Korea Utara.

Blinken menambahkan bahwa Xinjiang telah menjadi 'bencana distopia' di mana orang-orang Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya yang menghadapi 'penginterniran massal dan penyiksaan yang sistematis dan terorganisir oleh negara yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan'.

BACA JUGA:  Mesin Perang Amerika ke Ukraina, Misinya Lawan Rusia

Percakapan Blinken dengan muncul sebagai tantangan yang ditimbulkan oleh tokoh China dalam diskusi yang sekarang sedang berlangsung di antara para pemimpin negara-negara demokrasi industri Kelompok Tujuh di Inggris dan dihadiri oleh Presiden Joe Biden.

"Selain perlunya Amerika Serikat dan China untuk bekerja sama untuk denuklirisasi Semenanjung Korea, tantangan global bersama lainnya termasuk Iran, Myanmar dan krisis iklim," kata Blinken, seperti dilansir dari Aljazeera, Minggu (13/6/2021).

BACA JUGA:  Sniper Amerika Sebut KKB Papua Punya Senjata Paling Tangguh

Selain itu, Blinken menyerukan lebih banyak kerja sama dan transparansi dari otoritas China dalam penyelidikan berkelanjutan Organisasi Kesehatan Dunia tentang asal usul virus Covid-19.

Sementara, seorang pakar Asia di lembaga pemikir German Marshall Fund, Bonnie Glaser, menilai percakapan itu tampaknya didominasi oleh isu-isu yang kontroversial.

BACA JUGA:  Kekuatan Militer China Makin Ganas, Jenderal AS Sampai Waswas

"Amerika Serikat ingin sekali untuk mengembalikan hubungan ke jalurnya, tetapi China menunjukkan masih membebani AS atas masalah dalam hubungan tersebut," tuturnya.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya