Pun yang berkaki dua dan yang bersayap. Termasuk kelelawar dan sejenis musang langka. Penjual binatang itulah yang mati pertama karena Covid-19. Konon binatang itu sumber virusnya.
Saya tiba di Wuhan waktu senja. Menjelang waktu berbuka puasa. Saya diajak makan di resto pinggir sungai besar Chang Jiang (Sungai Yangtse) yang terkenal itu. Kota Wuhan dibelah dua oleh sungai lebar itu. Hampir sama besarnya.
Dari resto ini terlihat Wuhan yang sudah seperti kelebihan doa. Sudah sangat ramai. Macet. Sudah jarang yang pakai masker. Dan di seberang sungai sana cahayanya sangat gemerlapan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Nagabonar Sudan
Semua gedung pencakar langit disiram cahaya warna-warni. Cahaya itu memantul pula ke permukaan air sungai. Gemerlapannya menjadi berlipat ganda.
Pun dari seberang sana. Wilayah tempat saya makan ini juga terlihat hujan cahaya. Jumlah gedung pencakar langitnya hampir sama banyaknya. Di sana dan di sini. Sepanjang sungai. Sejauh 10 km.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Dokter Ahli Kanker: Lebaran Mik
Habis makan malam saya jalan-jalan di pinggir sungai. Ikut disiram cahaya. Mula-mula jalan di atas tanggulnya. Tanggul yang sudah dijadikan taman. Di perengan sungai itu masih ada lagi jogging track.
Tiga jalur. Beda ketinggian. Saya turun ke yang paling pinggir air. Menyusuri sungai. Ide pun muncul: besok pagi saya akan senam dansa di taman pinggir sungai ini.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Bupati Trenggalek: Lebaran Ipin
Malam itu juga, saya minta diantar ke pasar Covid-19 itu. Besoknya saya sudah harus ke kota Changsha.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News