
Sasaran berikutnya adalah Masjid Gyanvapi itu. Sejak 1982 sudah diajukan klaim: masjid itu dibangun di atas reruntuhan kuil Hindu yang penting. Yakni kuil Shiva. Pihak Islam menolak. Jadilah perkara di pengadilan. Sidangnya rumit sekali. Sejak 22 tahun lalu.
Di tengah persidangan itu ada putusan kompromistis. Orang Hindu diperbolehkan sembahyang di salah satu bagian masjid. Yakni di bagian, yang menurut mereka, inti dari kuil itu di masa nan lalu. Syaratnya: tidak boleh lebih dari 20 orang.
Bedanya dengan masjid Babri, di sekitar Masjid Gyanvapi masih banyak orang Islamnya. Ada kampung Islam di sekitarnya. Mirip dengan masjid tempat saya salat di Varanasi tidak jauh dari situ. Saya pernah ke beberapa rumah di sekitar masjid. Mereka Islam.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Masuk Surga
Sebenarnya saya ingin ke Masjid Gyanvapi. Tapi saya tidak menemukan orang yang bisa mengantar ke sana.
"Masjid," kata saya di tengah kesulitan menjelaskan pentingnya saya ke Gyanvapi.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Pantai Melayu
Ternyata diantar ke masjid satunya. Itu pun diturunkan di pinggir jalan raya. Saya harus jalan kaki masuk gang agak ke dalam.
Untuk ke Masjid Gyanvapi juga harus masuk gang. Penduduk kota Varanasi padat. Perkampungan pun sesak. Mereka tidak mau mengantar saya ke sana mungkin karena penduduk yang bukan Islam tidak boleh melewati gang itu: gang masjid.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Otobahn Rempang
Menjelang Pemilu 2014, ribuan polisi diterjunkan ke sekitar Masjid Gyanvapi. Isu agama memanas setiap menjelang Pemilu. Rakyat menuntut janji pemimpin mereka.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News