
Tekanan domestik meningkat untuk kesepakatan yang akan membawa pulang 110 sandera yang tersisa, tetapi Netanyahu juga menghadapi pertentangan dari mitra pemerintahan sayap kanan ekstremnya terhadap kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang.
Pidatonya di hadapan Kongres pada hari Rabu hanya sedikit menyinggung tentang para sandera.
Kantornya mengatakan bahwa mencapai kesepakatan hanyalah satu dari beberapa hal dalam daftar keinginannya untuk dibahas dengan para pejabat Amerika.
BACA JUGA: Benjamin Netanyahu Berupaya Meningkatkan Dukungan AS untuk Israel
Meski begitu, kunjungan tersebut membuat Netanyahu menghadapi tekanan langsung dari sekutu utama Israel, yang diandalkannya untuk memberikan dukungan militer dan domestik yang penting.
Baik Presiden Joe Biden maupun Wakil Presiden Kamala Harris mengatakan bahwa dalam pertemuan mereka dengan Netanyahu di Washington pada hari Kamis, mereka akan memprioritaskan penutupan celah pada kesepakatan penyanderaan.
BACA JUGA: Israel Ditentang Ikut Olimpiade Paris 2024, Presiden Prancis Buka-bukaan
Dalam beberapa komentarnya yang paling tegas, Harris mengatakan bahwa dia memberi tahu Netanyahu “sudah saatnya” untuk mengakhiri perang dan membawa kembali para sandera.
Namun, karena Netanyahu mengawasi mitra koalisinya, kunci kelangsungan hidup politiknya, perjalanan itu juga bisa menjadi bagian dari taktik penundaan yang lebih luas untuk menghindari tercapainya kesepakatan.
BACA JUGA: Israel Tampil di Olimpiade Paris 2024, Palestina Beri Kecaman ke IOC
"Ketika koalisinya goyah karena ketegangan dengan partai-partai ekstrem kanan, Netanyahu sengaja menunda negosiasi pembebasan para sandera," tulis kolumnis Amos Harel di harian liberal Israel, Haaretz, seraya menambahkan bahwa Netanyahu telah "merekayasa" perjalanan panjang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News