WhatsApp akan Tuntut Perusahaan Israel yang Meretas Pelanggannya

WhatsApp akan Tuntut Perusahaan Israel yang Meretas Pelanggannya - GenPI.co
Spyware yang meretas pelanggan WhatsApp diketahui bernama Pegasus dan diproduksi oleh NSO Group asal Isrel. (Foto: The hacker News)

GenPI.co - WhatsApp mengumumkan akan menuntut perusahaan perangkat lunak asal Israel NSO Group atas tuduhan telah meretas ribuan pengguna WhatsApp. NSO Group menolak tuduhan itu dan akan melakukan perlawanan.

WhatsApp saat ini dimiliki oleh Facebook dengan Will Cathcart sebagai kepalanya. Dalam sebuah artikel di Washington Post yang terbit Rabu (30/10), Will Cathcart mengatakan bahwa pihaknya punya  bukti keterlibatan langsung NSO Group dalam upaya meretas sejumlah akun WhatsApp.

"Sekarang kami meminta pertanggungjawaban NSO di bawah hukum federal dan negara AS, termasuk dari aturan penyalahgunaan dan penipuan komputer," ungkap Will Carthcart.

BACA JUGA: Hati-hati, Ini Daftar 15 Aplikasi yang Bikin Masalah di Ponsel

Pada bulan Mai 2019 organisasi bernama Citizen Lab melakukan pengungkapan besar mengenai celah dalam keamanan WhatsApp. Dengan mempergunakan celah keamanan itu, peretas jahat bisa mengirimkan perangkat lunak pengintai (spyware) kepada ponsel tujuan melalui panggilan video WhatsApp.

Meski panggilan video itu tidak dijawab, spyware tetap akan diterima oleh ponsel korban. Spyware yang telah berhasil masuk akan segera meng-instal dirinya sendiri secara rahasia dan mengirim data isi ponsel korban kepada server si peretas.

Citizen Lab mengatakan bahwa celah keamanan itu dipergunakan oleh peretas jahat untuk menyerang para jurnalis dan aktivis HAM. Spyware itu  bernama Pegasus buatan NSO Group dari Israel. Software ini dipergunakan oleh berbagai rejim represif di dunia untuk mengawasi para jurnalis dan aktivis.  NSO Group menolak semua tuduhan terkait peretasan dan mengaku hanya menjual spyware saja.

Citizen Lab sejak saat itu bekerja sama dengan WhatsApp untuk mengungkap siapa pelaku peretasan itu. "Sebenarnya serangan yang mereka lakukan sangat canggih, tapi usaha mereka untuk memutupi jejak mereka tidak sepenuhnya berhasil," ungkap Will Cartcath.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya