GenPI.co - Perdana Menteri Ukraina memperingatkan hari Selasa bahwa negara itu mungkin menghadapi musim dingin terberat sejak invasi besar-besaran Rusia dimulai, karena serangan udara terhadap infrastruktur energi negara yang terkepung semakin intensif.
Dilnsir AP News, serangan Rusia terus menghantam kapasitas pembangkitan energi Ukraina, membuat negara itu sangat bergantung pada tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang berfungsi dan impor listrik dari negara-negara Uni Eropa.
“Ketahanan energi adalah salah satu tantangan terbesar kita tahun ini,” Perdana Menteri Denys Shmyhal mengatakan dalam konferensi pers di Kyiv.
BACA JUGA: Lebih dari 140 Drone Ukraina Menargetkan Rusia, Seorang Wanita Tewas di Dekat Moskow
"Kami berhasil melewati dua setengah musim dingin. Kami akan melewati tiga musim dingin, dengan musim pemanasan yang akan datang kemungkinan akan sama sulitnya, jika bukan yang tersulit," katanya.
Shmyhal mengatakan pemerintah Ukraina, dibantu oleh negara-negara Eropa, tengah mengembangkan inisiatif untuk mendesentralisasikan pembangkit listriknya, agar tidak terlalu rentan terhadap serangan.
BACA JUGA: Badan Intelijen AS dan Inggris Puji Keberanian Ukraina dan Singgung Perang di Gaza
Itu termasuk memperluas kapasitas listrik terbarukan, sebuah perkembangan yang dipuji oleh kelompok lingkungan.
Greenpeace berpendapat bahwa jaringan tenaga surya yang terdesentralisasi, yang akan lebih sulit dirusak oleh serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia, dapat dengan cepat membantu memperbaiki kapasitas dalam negeri, dan mendesak pemerintah untuk melakukan perluasan yang lebih berani menuju energi hijau.
BACA JUGA: Ukraina Ingin Menyerang Rusia Lebih Jauh, Menlu AS dan Inggris Datang ke Kyiv
Kelompok ini menyerukan investasi yang didukung internasional senilai hampir 4,5 miliar euro ($4,9 miliar) hingga tahun 2030, dengan fokus pada proyek terbarukan yang didominasi oleh sektor fotovoltaik surya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News