GenPI.co 
GenPI.co - Pemerintahan Joe Biden telah menawarkan beberapa detail konkret tentang rencananya untuk mengakhiri dukungan Amerika Serikat untuk operasi 'ofensif' oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.
Sebelumnya, Biden pada 4 Februari mengumumkan diakhirinya dukungan ofensif untuk Riyadh, sekutu utama di wilayah yang melakukan intervensi di Yaman pada 2015 setelah pemberontak Houthi di negara itu menyingkirkan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi dan merebut sebagian besar wilayah.
BACA JUGA: Gertakan Maut Australia, Bikin Myanmar Jadi Ambyar
Sementara, poros kebijakan Biden dipuji oleh para pengamat yang menyerukan diakhirinya konflik yang terus berlanjut, terutama setelah pendekatan permisif mantan Presiden Donald Trump kepada pemerintah Saudi, banyak pertanyaan tetap tidak terjawab tentang perubahan aktual apa yang ingin dilakukan Biden.
“Terus terang, saya khawatir dengan pesan yang dikirim ke Arab Saudi,” kata Hassan el-Tayyab, pelobi Timur Tengah di Friends Committee on National Legislation (FCNL) dalam keterangannya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (5/4/2021).
Seperti diketahui, pertempuran yang mengakar di Yaman, blokade yang diberlakukan oleh Riyadh, dan serangan udara Saudi telah menimbulkan korban berdarah di Yaman, dengan ribuan warga sipil tewas dan bencana kemanusiaan mendorong 13,5 juta orang ke ambang kelaparan.
Seperempat warga sipil yang tewas dalam pertempuran dalam tiga tahun terakhir adalah anak-anak.
"Saya berharap ada waktu bagi pemerintahan Biden untuk memperbaiki ini dan masih membuat pilihan yang tepat," jelas el-Tayyab.
Sementara, juru bicara NSC mencatat bahwa pemerintahan Biden berkomitmen pada janjinya untuk membantu mempertahankan Arab Saudi, terutama mengingat serangan lintas batas Houthi yang terus berlanjut yang menargetkan infrastruktur sipil Arab Saudi.(*)
Kalian wajib tonton video yang satu ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
