
Ia menjelaskan teknologi ini memiliki dua chamber utama dan alat distilasi. Chamber tersebut meliputi Chamber HI-CC dan press chamber.
Pada chamber pertama akan dilakukan elektroporasi pada radiasi tegangan tinggi, yakni tegangan input sebesar 15-20V dan tegangan output 43-50kV selama 30 detik dan frekuensi 1 Hz.
Press Chamber berfungsi sebagai chamber penyaring untuk memisahkan minyak dan ampas cacing.
BACA JUGA: Catat! Mahasiswa Dapat Bantuan UKT, Ini Besaran dan Caranya
Cara kerja alat ini, lanjutnya, dengan mencampurkan tepung cacing dan coconut oil sebagai pelarut pada chamber pertama, di dalam chamber ini akan dilakukan proses elektroporasi sel selama 30 detik pada suhu 400C serta pengadukan menggunakan stirrer untuk menghomogenkan bahan dan mengoptimalkan proses radiasi tegangan tinggi.
"Hasil ekstraksi dituangkan pada chamber pressure yang terdapat jaring-jaring untuk menyaring antara ampas cacing dan minyak. Setelah itu, minyak hasil penyaringan akan didistilasi agar menghasilkan minyak cacing murni," ujarnya.
BACA JUGA: Hore, Kemenag Siapkan Rp 2 Triliun Guna Subsidi UKT Mahasiswa
Pemilik CV RAJ Organik, Adam mengatakan produksi cacing setiap hari mencapai 1-2 ton cacing segar, dengan produk olahan cacing unggulan, salah satunya minyak cacing.
"Permintaan minyak cacing khususnya di bidang kesehatan, industri sabun dan kosmetik mengalami kenaikan yang signifikan terutama di era pandemi. Namun, permasalahan ada produksi minyak cacing yang belum dapat teratasi, sehingga tidak bisa memenuhi pasar dan kualitas minyak cacing yang belum baik," tuturnya.
BACA JUGA: Rudy Setyopurnomo, Jadi Mahasiswa Doktoral ITB di Usia 69 Tahun
Permasalahan tersebut meliputi nilai rendemen yang rendah hanya sebesar 5 persen, proses produksi yang tidak optimal dan waktu produksi yang lama, sehingga memerlukan energi yang besar dalam satu kali proses.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News