
Setelah uji coba, pihaknya mengadopsi metode tersebut dengan membuat satu referensi menu seimbang yang sama untuk diberikan kepada setiap desa yang dipantau langsung melalui puskesmas setempat.
Ia menjelaskan melalui metode Kolombia ini, anak-anak mengkonsumsi satu butir telur dalam satu hari selama enam bulan berturut-turut.
Upaya ini berbeda dengan penanganan stunting sebelumnya secara terputus-putus. "Ada yang satu bulan anggaran, dua bulan, tiga bulan, jadi tidak maraton," katanya.
BACA JUGA: Hanya Ada di NTT, 4 Sumber Makanan Pengganti Nasi
Petrus Herlemus menambahkan penanganan kekerdilan tidak boleh harus berkesinambungan, oleh sebab itu pihaknya akan terus menerapkan metode Kolombia untuk menuju target zero stunting di Sikka pada 2023.
"Upaya advokasi ke desa juga terus berjalan, juga pemantauan anak-anak stunting sehingga penanganan kami fokus dan terarah," katanya.(ANT)
BACA JUGA: Top! NTT Terapkan Layanan Tes PCR Gratis Untuk Warganya
Simak video berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News