Liputan Khusus : Masjid-Masjid Fenomenal

Kisah 'Preman Pensiun' yang Jadi Penjaga Masjid Islamic Centre

Kisah 'Preman Pensiun' yang Jadi Penjaga Masjid Islamic Centre - GenPI.co
Kisah Preman Pensiun yang kini menjaga Masjid Jakarta Islamic Centre

GenPI.co - Sahabat GenPI.co mungkin akrab dengan sinetron Preman Pensiun yang tayang di salah satu televisi swasta Indonesia. Kisahnya betul-betul ada. Dunia hitam telah ditinggalkan dan kini dia berjalan mencari ridho Tuhan. Dia bercerita mengenai pertaubatannya di kaki Ilahi.

Dian Apriyadi merupakan salah satu saksi sejarah kelam lokalisasi Kramat Tunggak, yang kini telah berganti dengan bangunan Jakarta Islamic Centre. Pria yang akrab disapa Ade tersebut, merupakan mantan preman atau joki Pekerja Seks Komersial (PSK) di tanah bekas lahan prostitusi itu. 

Baca juga :

Usia 15 tahun, sehari bisa dapat Rp500 ribu

Ade menjelaskan bahwa Kramat Tunggak pada awalnya merupakan lokasi resosialisasi bagi Wanita Tuna Susila (WTS), agar dapat meninggalkan profesinya dan menggeluti pekerjaan yang bisa lebih diterima masyarakat. Meski demikian, tempat tersebut justru beralih fungsi, menjadi pusat lokasi prostitusi, bahkan terbesar se-Asia Tenggara

Ade (54) warga asli Kampung Beting, Koja, Jakarta Utara. Dia sudah tinggal di wilayah Kampung Beting sejak 1978. Ade mengaku, sempat menggeluti profesi yang tidak sepantasnya dilakukan, yaitu sebagai pemandu tamu-tamu yang datang ke Kramat Tunggak atau sebagai joki PSK. “Saya dulu juru parkir, bantu-bantu keamanan juga. Kalau malam saya cari tambahan jadi pemandu. Jadi saya kan paham mucikarinya, nanti saya kirim tamu, terus mereka (kasih) persen ke kita,” kata Ade kepada GenPI.co (15/5).

Dari pekerjaan sebagai pemandu tamu di Kramat Tunggak, Ade mengaku bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp500 ribu setiap harinya. Jumlah tersebut sangat lumayan di era 90an, apalagi dirinya belum ada tanggungan. Ayah dari 6 anak ini juga menggeluti profesi itu sejak usia 15 tahun. “Ya dari usia belasan lah, remaja tanggung ya. Sekitar 15 tahunan,” ujar Ade.

Menurut penuturan Ade, dirinya bisa terjun ke dunia gelap karena pengaruh lingkungan. Awalnya, pria tamatan SMP ini, seringkali duduk-duduk di sekitar Kramat Tunggak. Hingga suatu hari ada seorang tamu yang menanyakan tempat kepadanya dan memberinya imbalan uang. Sejak saat itu, Ade mulai menggeluti pekerjaan sebagai pemandu tamu di tempat lokalisasi itu. Ade sendiri belum memikirkan bahwa yang dilakukannya adalah perbuatan yang melanggar norma agama dan susila. “Ya dulu kan saya remaja tanggung ya, jadi belum mikirin dosa. Taunya hura-hura aja,” kata Ade.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya