Liputan Khusus

Hakikat Tradisi Mudik Lebaran, Lebih dari Pelepas Rindu

Hakikat Tradisi Mudik Lebaran, Lebih dari Pelepas Rindu - GenPI.co
(Sumber foto: medium.com)

GenPI.co – Perayaan Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum hangat bagi umat muslim untuk saling bersilaturahmi. Yang jauh didekatkan, yang dekat semakin erat. Begitu pula para muslim perantuan yang mengadu nasib di kota-kota besar.

Saat Lebaran tiba mereka ingin pulang kampung dan bertemu dengan sanak saudara serta kerabat di tempat kelahirannya. Fenomena inilah yang sering disebut dengan mudik.

Tak sekedar pelepas rindu, tradisi mudik pada hakikatnya merupakan wujud cinta kampung halaman bagi para perantau yang telah lama meninggalkan kampung halamannya. Banyak diantara mereka telah meraih sukses di tempat rantau. 

Ada yang menjadi pengusaha, pejabat hingga staf perusahaan swasta. Maka tak heran apabila banyak ditemui mobil ber-plat ibukota hilir mudik melintasi jalan-jalan desa saat Lebaran.

Fenomena mudik lebaran di Indonesia memang unik dan jarang ditemukan di negara lain. Sekitar satu minggu sebelum lebaran, para perantau secara masal meninggalkan ibukota dan kembali ke tempat asalnya hingga momentum lebaran berakhir. Lantas bagaimana awal mula tradisi mudik lebaran di Indonesia?

Menurut pemaknaan bahasa Jawa ngoko, mudik merupakan cekaan dari ‘Mulih dilik’ yang berarti pulang sebentar saja. 

Namun kini, pengertian mudik dikaitkan dengan kata ‘udik’ yang artinya kampung, desa atau lokasi yang menunjukan antonim dari kota. Lantas pengertian ini ditambah menjadi ‘Mulih Udik’ yang artinya kembali ke kampung atau desa saat lebaran.

Dilansir dari berbagai sumber, awalnya tradisi mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah berjalan sejak sebelum zaman Kerajaan Majapahit. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya