Seribu lima ratus penari Likurai tampil masal dalam gladi resik Festival Fulan Fehan 2018 di Belu NTT, Jumat (5/10). Tarian tersebut menggambarkan pertarungan masyarakat Belu untuk mengusir penjajah selama masa lalu. (Foto: Asep)
Seribu lima ratus penari Likurai tampil masal dalam gladi resik Festival Fulan Fehan 2018 di Belu NTT, Jumat (5/10). Tarian tersebut menggambarkan pertarungan masyarakat Belu untuk mengusir penjajah selama masa lalu. (Foto: Asep)
Seribu lima ratus penari Likurai tampil masal dalam gladi resik Festival Fulan Fehan 2018 di Belu NTT, Jumat (5/10). Tarian tersebut menggambarkan pertarungan masyarakat Belu untuk mengusir penjajah selama masa lalu. (Foto: Asep)
Seribu lima ratus penari Likurai tampil masal dalam gladi resik Festival Fulan Fehan 2018 di Belu NTT, Jumat (5/10). Tarian tersebut menggambarkan pertarungan masyarakat Belu untuk mengusir penjajah selama masa lalu. (Foto: Asep)
Seribu lima ratus penari Likurai tampil masal dalam gladi resik Festival Fulan Fehan 2018 di Belu NTT, Jumat (5/10). Tarian tersebut menggambarkan pertarungan masyarakat Belu untuk mengusir penjajah selama masa lalu. (Foto: Asep)
Tak sampai di situ. Ada inovasi lain yang dilakukan. “Untuk menciptakan rasa yang nikmat kami mencampur 2 jenis kopi lainnya seperti 70 persen kopi Belitung yang di panggang dan selebihnya kopi Sumatera dan kopi Singkawang,