
Konflik antar agama di Poso berlangsung selama 9 tahun. Sejak 1998. Sejak terjadi krisis moneter yang disusul dengan krisis sosial dan politik. Pada masa krisis itu, negara memang sangat lemah.
Secara ekonomi apalagi secara pemerintahan. Kelompok-kelompok penekan yang menguat. Mereka yang seperti menggantikan pemerintah. Adu kuat terjadi di mana-mana. Konflik horizontal meluas.
Pun yang penyebabnya sepele: kekerasan antar remaja. Apalagi kalau dua remaja itu beda aliran atau beda agama. Konflik Poso pun awalnya hanya persoalan dua remaja: Roy Runtu dan Ahmad Ridwan.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Sobekan Lead
Itu terjadi di bulan puasa. Tahun 2008. Malam hari. Jam 10 malam. Kebetulan hari itu juga malam Natal. Tanggal 24 Desember. Roy yang kebetulan Kristen bersoal dengan Ridwan yang kebetulan Islam.
Bulan puasa bertemu hari Natal. Malam itu, Ridwan lagi duduk di buk (beton) di pinggir jalan. Buk itu enak untuk duduk di malam hari. Apalagi dekat masjid. Ayah Ridwan imam di masjid itu.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pemilu 2024: Tertutup Terbuka
Remaja Roy lagi terpengaruh alkohol. Ia jengkel tidak dapat pinjaman obeng untuk memperbaiki motornya. Ia tebas lengan kanan Ridwan. Ia lari. Ridwan teriak. Heboh.
Isu yang meluas lebih seru dari kejadian aslinya. Persoalan dua remaja berubah menjadi persoalan kekerasan dua umat beragama. Selebihnya Anda sudah tahu: kerusuhan antar agama meletus silih berganti.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Pangdam V Brawijaya: Master Letnan
Kombatan dari berbagai daerah pun datang ke Poso. Termasuk dari Uighur, Xinjiang. Enam orang. Alasan mereka: berjihad. Ketika konflik antar agama sudah diselesaikan, yang tersisa adalah kombatan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News