Catatan Dahlan Iskan soal Dipanggil KPK: Ruang 48

Catatan Dahlan Iskan soal Dipanggil KPK: Ruang 48 - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Sepuluh menit kemudian saya masih sendirian di kamar itu. Memang belum jam 10.00. Saya tahu waktu dari jam dinding digital. Jam itu dipasang di dinding belakang tempat duduk saya. 

Tapi saya bisa menatapnya lewat kaca cermin besar yang posisinya di belakang kursi pemeriksa. Tentu posisi angkanya terbalik. Kadang sulit membedakan mana angka 5 dan angka 2. Secara digital, dua angka itu mirip sekali.

Sambil menunggu waktu, saya mencari tahu di mana letak kamera monitor di ruang itu. Di dinding tidak ada. Di plafon ada kisi-kisi penyedot udara, kisi-kisi AC, neon panjang dua buah, sprinkle pemadam kebakaran, pendeteksi asap, dan satu benda warna biru mirip lampu. Mungkin yang terakhir itu berisi kamera.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Hilirisasi Kristalina

Tak lama kemudian pemeriksa masuk. Lewat pintu di belakang kursi pemeriksa. Ia membawa banyak dokumen. Fotokopi. Diletakkan di meja. Rupanya meja ini perlu besar, dan panjang, untuk membeber dokumen di situ.

Saya diminta mempelajari dokumen-dokumen tersebut. Tahunnya 2009, 2010, 2011, dan seterusnya. Tanda tangan saya ada di situ. Baik sebagai dirut PLN maupun sebagai menteri BUMN.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Pokmas Pokir

Saya tersenyum kecil. Ada yang agak lucu. Bentuk tanda tangan saya ternyata berubah. Sewaktu jadi dirut PLN, tanda tangan saya sederhana sekali. Sangat mudah untuk ditiru. Waktu sebagai menteri BUMN, tanda tangan saya lebih rumit.

Saya pun ingat: ada yang mengingatkan saya saat itu. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Pencipta ChatGPT: Marcia Ann

”Bapak sekarang jadi menteri. Tanda tangannya tidak boleh lagi mudah ditiru,” kata orang itu. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya