Catatan Dahlan Iskan: Raboyamin Gibran

Catatan Dahlan Iskan: Raboyamin Gibran - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

GenPI.co - Ia lahir hari Rabu. Karena itu diberi nama Boyamin. Ayahnya seorang petani di Desa Ngumpul, antara Ponorogo dan Slahung. Pelosok sekali. Pelosoknya pelosok. 

Sampai hari ini ia jadi berita besar. Dua sekaligus. Anaknya menang di Mahkamah Konstitusi: Gibran pun bisa memenuhi syarat maju sebagai cawapresnya Prabowo. Lalu, sebagai pendiri Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin berkometar keras. 

Yakni soal mangkirnya Ketua KPK Firli Bahuri dari panggilan pertama Polda Metro Jaya. Yang Jumat pekan lalu. Soal Firli kirim surat kepada Kapolda yang pakai tindasan ke presiden dan ke menko Polhukam.  

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Prof Provokasi

Tindasan itu, kata Boyamin, menandakan pengakuan KPK sebagai bagian dari eksekutif. KPK sudah tidak mandiri.

Boyamin memang aktivis sejak mahasiswa di Solo. Lalu diminta oleh Mudrick Sangidu masuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Anda sudah tahu siapa Sangidu: tokoh politik di balik gerakan Mega-Bintang yang legendaris di Solo. Yakni bersatunya PDI-Perjuangan yang dipimpin Bu Mega dengan PPP yang saat itu berlogo bintang. Nasionalis bersatu partai agama. Boyamin sangat aktif di Mega-Bintang.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Saset Kompor

Boyamin pun jadi caleg DPRD kota Solo. Terpilih. Paling muda. Sampai jadi pimpinan sementara DPRD. Masih jantan: wakil rakyat yang berani tetap membujang. Masih tetap ikut demo. Gajinya habis untuk membiayai demo.

Setelah tidak di DPRD lagi, Boyamin kembali ke kampus lama: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ia meneruskan kuliah hukumnya. Di lantai 1. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Hepatitis Habis

Saat itu, di lantai 2 kampus itu, dipakai untuk Fakultas Tarbiyah. Ada satu mahasiswi di lantai 2 itu: Rosidah. Kenal. Lengket di hati. Rosidah itulah yang kini jadi istrinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya