
"Untuk ZA, dorongan yang utama adalah kemarahan atas status sosial atau nonmaterial yang melekat pada dirinya," kata dia.
Kata Deborah, kelemahan emosional dan intelektual di antara pelaku menjadi celah sehingga berhasil direkrut menjadi eksekutor teroris.
Deborah menjelaskan, semua kelas sosial sebenarnya bisa saja direkrut menjadi pelaku terorisme dengan pendekatan yang berbeda-beda.
Untuk itu, ujarnya, sebagai solusi awal pencegahan, adalah meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dan orang-orang yang dikasihi untuk menghindari paparan radikalisme yang menyesatkan.
"Beberapa indikator grafis yang terdapat pada sampel tulisan tangan eksekutor terorisme bukan tidak mungkin terdapat pada diri kita sendiri atau keluarga kita," ungkap Deborah.
Terpenting lainnya, tambah dia, agar setiap orang menyadari rasa tidak aman, cemas, dan kurang percaya diri, semuanya itu normal serta bisa diatasi dengan intervensi perilaku yang tepat.
Salah satu solusinya adalah mengisinya dengan hal-hal yang konstruktif, bukan konstruktif semu seperti menerima janji ke surga dengan cara membunuh diri sendiri dan orang lain.
Deborah juga memberikan tips kepada masyarakat untuk mencegah paparan radikalisme di lingkungan keluarga dan lingkungan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News