GenPI.co 
"Itu semua, kan, akumulasi kekecewaan masyarakat. Seperti seorang anak yang disalahin terus menerus tanpa diberi kesempatan untuk membela diri. Pilihannya hanya itu, anak marah atau kabur," ungkapnya.
Pengajar di Universitas Sutomo, Serang, itu pun memaparkan bahwa biasanya orangtua akan menyepelekan dan tak menganggap serius tindakan anak yang sedang marah.
"Orangtua biasanya akan berpikir mereka akan reda marahnya dan pasti pulang. Nah, kalau masih marah dan tidak pulang bagaimana?" paparnya.
Oleh sebab itu, orangtua harus bisa memiliki kalkulasi risiko dari tindakan serta ucapan yang dilakukan dan/atau tidak dilakukan terhadap si anak tersebut.
"Orangtua, dalam hal ini presiden atau pemerintah, harus punya kalkulasi risiko. Kalau saya melakukan ini bagaimana dan kalau saya tak melakukan ini bagaimana dampaknya. Mereka harus paham itu," pungkas Rochendi.(*)
Simak video menarik berikut:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
