
“Biasanya, bahan-bahan ini sudah ada lama, tapi jarang dipakai oleh local brand. Aku juga keliling Bandung untuk cari penjahit, dari toko ke toko. Tak lupa, usaha yang aku lakukan ini tetap kubarengi dengan doa,” katanya.
Di bidang branding dan marketing, Dila memaparkan bahwa seorang pebisnis harus paham target pasar yang ingin dituju.
Menurutnya, banyak pebisnis pemula yang terkadang gengsi untuk terus mempromosikan produk yang mereka jual. Pada akhirnya, target market mereka tak sesuai, karena promosi hanya lewat teman-teman.
BACA JUGA: Kisah Aditya Soleh, Pemuda yang Sukses Bangun Startup Edukasi
Hal itu membuat pembeli akhirnya berhenti pada lingkaran pertemanan saja.
“Dalam marketing itu banyak banget tahap yang harus dilakukan, mulai dari coba endorse dan sistem serupa lainnya. Kita juga harus paham apa itu algoritma Instagram atau apa itu engagement rate,” paparnya.
BACA JUGA: Keluar dari Pekerjaan, Pemuda Ini Sukses Buka Usaha Kopi Kemasan
Oleh karena itu, penjual juga harus bisa berpikir layaknya seorang pembeli. Para penjual juga harus paham umur berapa para pembeli yang disasar oleh brand mereka.
“Jadi, tak sekadar bikin produk, lalu dijual. Namun, dalam hal marketing dan branding, itu juga harus dipikirkan. Selain itu, biasanya mereka akan berhenti jika gagal, padahal seharusnya mereka harus terus mencoba sampai berhasil,” jelasnya.
BACA JUGA: Jual Truk Oleng Menggiurkan, Adi Dapat Cuan Rp 10 juta/Bulan
Dila mengatakan bahwa untuk mempertahankan sebuah bisnis, haruslah didasari dengan ikhtiar, doa, dan konsistensi yang kuat.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News