
Bahkan setelah bank menyita propertinya, dia masih berutang kepada bank sekitar 400 juta baht atau Rp 172 miliar.
Meski tertekan, Sirivat tak sudi bunuh diri yang menjadi pilihan sejumlah orang yang kehilangan kekayaan mereka selama krisis keuangan Asia.
“Kalau saya bunuh diri masalahnya tidak akan selesai, dan beban akan ada pada istri dan anak-anak saya,” kata Sirivat.
BACA JUGA: Guru Jadi Juragan Anggrek, Pelanggan Ika Emak-emak Bank dan Hotel
Buatnya, dia cukup menyalahkan dirinya sendiri sampai kehilangan kekayaan.
“Aku terlalu serakah. Mengapa beberapa juta baht tidak cukup? Mengapa saya ingin menghasilkan satu miliar baht?,” bebernya.
BACA JUGA: Yuli Layani Bersih-bersih, Sang Sarjana Kantongi Rp 10 Juta/Bulan
Untuk mencari nafkah, Sirivat mengalungkan kotak kuning seberat 12 kg di lehernya dan mulai menjajakan sandwich di jalan atau dekat pintu masuk stasiun kereta yang ada di Bangkok.
Pada hari pertamanya, Sirivat harus memasang wajah pantang malu ketika banyak orang bingung melihatnya.
BACA JUGA: Heru Sang Sarjana Usaha di Yogya, Produk Diborong Pebisnis Arab
Dia yang orang kaya, kini menjual sandwich dengan menyusuri jalan pula, dengan kotak yang menggantung di lehernya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News