Mudik atau Liburan ke Jogja, Nonton Pameran Seni Rupa Aja

Mudik atau Liburan ke Jogja, Nonton Pameran Seni Rupa Aja - GenPI.co
Lukusan bertema 'Nyirih bukan Nyinyir', karya Sarjiyanto Sekar, salah satu yang dipamerkan di pameran seni lukas di Rumah Tembi Budaya.

Pengamat seni budaya Ons Untoro mengatakan Kelompok Termos’85 ini memakai idiom lokal, godhong suruh (daun sirih) untuk meneguhkan persahabatan di antara mereka. “Usia mereka tidak lagi muda mungkin sudah di atas 50 tahun, dan saya tahu ada yang sudah lebih dari 60 tahun. Namun mereka, dalam usia yang tidak lagi muda, dan mengalami pahit getirnya kehidupan, setidaknya seperti rasa suruh (sirih), tetapi terus menghasilkan karya,” tegas Ons.

Ons mencontohkan satu karya yang menyajikan visual seorang perempuan tua, sebagai satu konstruksi dari garis-garis, memberikan nuansa lokal dan alami. Karya Sarjianto Sekar itu diberi judul ‘Nyirih bukan Nyinyir’. “Karya ini terasa kontekstual, kalau kita dekatkan kondisi sekarang, yang pahit dan nyinyir saling berseteru. Kalau aktivitas ‘nginang’ yang pahit meneguhkan rasa di lidah, kalau dalam kontektualitas kehidupan hari-hari ini, yang (di) rasa (kan) pahit membuatnya terus nyinyir untuk menolak rasa pahit, artinya tidak menerima kenyataan. Berbeda dengan orang nginang, rasa pahit dinikmati: kenyataan itu diterima,” papar Ons.

Karya Sarjianto Sekar tersebut, menurut Ons, bisa didekatkan dengan karya Erwan Widyarto, yang berjudul ‘Sedulur Prihatin.’ Dalam Sedulur Prihatin ini, Erwan menggambarkan sejumlah perempuan ngobrol di tengah suasana rumah di kawasan kumuh yang mulai dipenuhi pondasi-pondasi beton. 

“Karya Sarjiyanto dan Erwan ini, sama-sama bernuansa lokal dan alami, dan keduanya sedang merasakan pahitnya hidup, tapi masing-masing tidak terpisah, dan tidak nyinyir. Pahitnya hidup, rupanya bisa  diterima secara jenaka, dan ini terasa sangat Yogya,” ujar Ons.

Menurut Ons, karya-karya perupa dari alumini IKIP Yogya ini, temanya sederhana, mudah dicerna dan sangat komunikatif. Mungkin persis seperti kehidupan keseharian mereka. Masih saling bersapa, mungkin melalui WA atau bersapa melalui media sosial lainnya. Dan jika ingin bertemu bersama, tidak hanya sekadar tatap muka, tetapi sekaligus menyajikan karya. Maka pertemuan mereka tidak  hanya sekedar reuni, karena juga melibatkan orang lain yang bukan alumni, dan bertemu dalam pameran yang mereka selenggarakan.

Dalam kata lain, godhong suruh (daun sirih) yang merekatkan persabahatan mereka, seperti halnya godhog suruh yang memiliki manfaat, pameran mereka juga bermanfaat bagi orang lain. Karena, masing-masing saling bertemu, dari yang saling kenal, atau malah tidak saling kenal, di ruang pameran ‘Godhong Suruh’ ini. Dalam pertemuan ini tidak harus merasakan pahitnya kehidupan, tetapi saling mempererat dalam persahabatan.

Dan Kamu yang ingin turut merasakan manfaat pameran ini, datanglah. Siapa tahu ada karya yang cocok untuk dipinang guna mempercantik rumah, kantor atau tempat usaha Kamu. 

Jadi mudik atau liburan Kamu ke Jogja menjadi semakin bermakna. Silaturahimnya dapat, oleh-olehnya dapat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya