Menyusuri Wisata Pagar Alam

Menyusuri Wisata Pagar Alam - GenPI.co
Tempat penginapan di Pagar Alam, dengan suasana yang nyaman dan indah. (Foto: Rooby Sunata

Pelancu berada tepat di sisi sungai Lematang, tidak ada rumah di sini sehingga jika berfoto maka latar belakangnya hanyalah sungai Lematang dan bukit jempol, bersih. Namun untuk memberi pilihan bagi pengunjung dan mempercantik pemandangan, Pelancu menyediakan beberapa wahana swa-foto seperti sayap kupu-kupu, tulisan besar ‘Pelancu’, dan sebuah perahu kayu yang ‘melayang’ di atas sungai Lematang. 

Anak-anak sangat senang di sini, selain bisa melihat ‘gunung aneh’ yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, tempat ini juga menyediakan beberapa permainan, seperti ayunan dan jungkat-jungkit yang terbuat dari kayu. 

Terlalu lama di Pelancu membuat kami kehilangan waktu untuk ke Pagar Alam, sehingga pada hari jumat itu kami putuskan untuk menginap di Lahat. Kami menemukan sebuah hotel baru yang berada dalam jalur kami menuju ke Pagar Alam besok pagi. Tempat yang tepat untuk melepas penat. 

Esok harinya, saat sarapan terjadi sedikit kehebohan anak-anak kami berdiri di balkon hotel sembari memandang ke sekitar.  Mereka mengagumi pemandangan pegunungan bukit barisan yang tampak seperti mengelilingi hotel kami, “lihat ayah, gunung semua” kata putriku dalam kekagumannya yang agak konyol. Maklum, dia di besarkan di Palembang, Kota yang berada di dataran rendah.

Jalan berkelok yang yang indah 

Menjelang tengah hari, perjalanan kami teruskan ke kota tujuan, Pagar Alam. Terdapat dua jalur untuk mencapai Pagar Alam dari Lahat. Jalur pertama adalah jalur yang populer, jalannya cenderung lurus dan melewati permukaan tanah. Jalur ini bernama ‘jalur endikat’. Jembatan besi di Jalur ini belum lama yang lalu mengalami kerusakan yang dalam waktu lama hanya dilapisi dengan papan dan kayu. 

Kami lalu memutuskan untuk melewati jalur kedua, sebuah jalan yang desa yang cukup untuk dua kendaraan, namun harus melalui daerah berbukit. Jalannya tidak selalu berkelok tajam namun pasti menaiki dan menuruni Bukit. Namun itu sepadan dengan apa yang akan kami lihat di sepanjang jalan.

Jalur Gumay Ulu melalui daerah perkebunan kopi milik warga, di sepanjang perjalanan, kami bisa mengeluarkan tangan kami dari kendaraan dan menyentuh daun kopi dari batang yang berjejer di tepi jalan. Banyak buah merah yang belum dipetik warga, karena kebun yang luas ini biasanya hanya diurus oleh satu keluarga saja. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya