Nostalgia dalam Dekap Sejuk Udara Batu

Nostalgia dalam Dekap Sejuk Udara Batu - GenPI.co
Jatim Park 2, Batu, Jawa TImur.

Pagi itu pukul 9, kami pun berangkat dengan kendaraan pribadi. Perjalanan ini terasa menyenangkan, terlebih masih dalam suasana libur lebaran. Teman traveling ku kali ini, mereka adalah kawan SMA yang terbilang masih dekat hingga sekarang. Kecuali aku, semua yang mengisi kabin mobil sudah berkeluarga. Sehingaa, obrolan selama perjalanan tak jauh seputar biduk rumah tangga yang mereka bina. Sembari sesekali kami bercerita tentang masa-masa sekolah dulu. Benar- benar mengasyikkan. 

Perjalanan ditempuh dalam waktu 2 jam. Jarak ini lumayan dekat, pasalnya kawasan wisata Batu memang tak jauh dari rumahku di perbatasan Malang Blitar. Terasa dekat pula sebab kami sangat menikmati keindahan alam yang tersaji selama di perjalanan. Akses jalan menuju Batu sekarang lebih terasa lebih mulus dan memudahkan para pengendara  untuk melintas. 

Jalan yang kami lewati ini adalah jalan alternatif Blitar-Malang yang notabene adalah jalan pegunungan. Hal itu justru membuat siapapun yang melintas akan merasa terperangah akan eksotisme alam yang berlimpah. Kanan kiri adalah sungai-sungai kecil, persawahan hijau, hutan cemara dengan tinggi menjulang. Belum lagi keramahan warga kampung yang membuat kami ingin mampir dan menyapa.

Kami sudah memasuki wilayah Batu. Ini ditandai dengan adanya gubuk-gubuk penjaja makanan dan tentu saja toko apel. Suhu dingin langsung menyelinap ke sela-sela jendela mobil. Tak ingin melewatkan kesempatan ini, aku pun membuka jendela dan menikmati kesegaran alami itu. Pohon cemara, jalanan berkelok, dan rumah-rumah di pinggir jurang seolah menyapa kami dengan girang. Bus-bus pariwisata juga terlihat lalu-lalang di sejumlah tempat wisata yang kami lewati. Semuanya masih sama seperti dulu. Para penerjun paralayang juga masih terlihat di atas perbukitan gunung Panderman. Aku meminta supir untuk melaju kendaraan dengan pelan. Ahh rindunya suasana Batu.

Laju mobil ini terhenti di sebuah penginapan kelas ekonomi yang sudah kami pesan sebelumnnya lewat aplikasi. Sebuah mini hostel bernama ‘Penginapan Backpacker 1’, letaknya tak jauh dari pusat Kota. Hanya berjarak 10 menitan ke Alun-alun kota Batu, dan ke sejumlah wisata seperti Museum angkut, Jatim Park 1, dan kawasan wisata petik apel Agrokusuma Park. Kami menyewa dua kamar berukuran mini untuk satu malam. Harganya  pun relatif murah, hanya Rp 130 ribu per malam. Fasilitasnya standard, 1 bed ukuran besar dan 1 lemari. Rata-rata penginapan disini tak memakai AC, sebab suhu kota memang cukup membuat kami kedinginan. 

Kota Batu, secara geografis terletak di kaki dan lereng pegunungan dan berada pada ketinggian rata-rata 700-2.000 m di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 11-19 derajat Celsius. Dengan luas wilayah sekitar 202,30 km², sebagian besar keadaan topografi kota Batu didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan yang berlembah-lembah yang terletak di lereng dua pegunungan besar, yaitu Arjuno-Welirang dan Butak-Kawi-Panderman.

Nostalgia dalam Dekap Sejuk Udara Batu

Layaknya wilayah pegunungan yang subur, Batu memiliki panorama alam yang indah dan berudara sejuk, tentunya hal ini menarik minat masyarakat untuk mengunjungi dan menikmati Batu sebagai kawasan wisata bersuhu dingin paling nyaman. Sore hari sekitar pukul 4, akupun mandi dan merasakan air pegunungan khas Batu yang super dingin. Seperti mandi air es. Maklum air seperti ini tak bisa kunikmati di Jakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya