Ziarah Makam Syekh Qotbudin yang Laris Saat Pemilu dan Pilkada

Ziarah Makam Syekh Qotbudin yang Laris Saat Pemilu dan Pilkada - GenPI.co
Makam Syekh Qotbudin, Guru Jaka Tingkir, Para Leluhur Gus Dur yang laris saat Pilkada dan Pemilu (Foto : Erwin)

GenPI.co - Di perbatasan dusun Tasaba dan Candirejo, tepatnya di tengah-tengah lahan pertanian yang terbentang luas di bagian luar permukiman warga, ada sebuah gapura bercorak candi dengan ukuran cukup besar yang menuntun kita ke sebuah makam. Makam tersebut memang makam umum warga desa Candirejo kecamatan Mojotengah Wonosobo. Namun keistimewaannya terkait dengan sebuah makam ulama yang pada tahun 1994 ditemukan oleh Gus Dur atau presiden Abdurrahman Wahid ketika mengunjungi Wonosobo. Desa di lereng Sindoro itu hanya berjarak 20 menit dari pusat kota dan kita bisa melihat batuan candi Hindu  yang tertinggal di sebagian besar kawasan makam dandigunakan sebagai batu nisan.

“Saat Gus Dur ke desa dan ke makam tua sekitar 3.30 WIB pagi hari. Itu pun tak banyak warga yang tahu jika yang berkunjung adalah Gus Dur yang kala itu memang belum menjabat Presiden. Namun karena diantar para ulama Wonosobo, beberapa warga kemudian bertanya-tanya. Ternyata sebelum ke Candirejo ini, Gus Dur sudah berkeliling Wonosobo ke desa yang bernama Candi untuk mencari makam tersebut. Yang akhirnya diketahui sebagai makam Syekh Qotbudin, seorang ulama besar yang menyebarkan islam di awal masa Islam datang ke nusantara,” kata Edi Masrukhin, salah satu tokoh desa sekaligus juru kunci makam.

Baca juga :

1 Tahun Pasar Kumandang Wonosobo, Menpar : Makin Keren, Paten! 

500 Tenong Ramaikan Tradisi Nyadran Laku Sikramat Wonosobo 

Kenalkan Budaya Jawa ke Balita, Sekolah di Wonosobo Lakukan Ini 

Menurut Edi, keberadaan makam tua tersebut, khususnya pusara syekh Qotbudin memang sudah diistimewakan warga sebelum ditemukan Gus Dur, namun warga hanya mengetahui informasi dari para tetua bahwa itu adalah makam orang suci atau orang sakti. Bahkan kondisi makam sebelumnya cukup unik, yakni diselubungi pohon beringin besar dan berada tepat di tengah-tengahnya.

“Setelah ditemukan Gus Dur itu, lalu kami minta izin kepada para ulama untuk merapikan sekitar makam dan akhirnya dibangun pagar dan diberi atap sehingga para peziarah lebih nyaman. Paling ramai peziarah ketika bulan Ruwah atau Sura dan juga banyak orang-orang penting yang berziarah, terutama saat momentum pencalonan atau pemilu,” ungkapnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya