
Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Selain itu kita pun mengeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, sehingga acuannya pun menjadi jelas. Saya juga membentuk Tim Sekretariat Nasional Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan yang diketuai oleh Valerina Daniel.
Sustainable Tourism Observatory
Kemenpar telah mengembangkan Sustainable Tourism Development (STD) dengan membentuk Sustainable Tourism Observatory (STO), kedua di Asia setelah China. Program tersebut memberikan pendamping kepada destinasi wisata, sehingga pariwisata memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. Pendampingan ini diharapkan agar kemanfaatan itu bisa terus berlangsung dan dijaga.
Program ini sejalan dengan program United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Dimana saat ini telah ada 18 destinasi pariwisata internasional terdaftar sebagai lokasi STO di UNWTO, 5 diantaranya berada di Indonesia. 5 daerah tersebut adalah percontohan yang bertujuan memberi gambaran bahwa Indonesia tidak hanya Bali tapi juga ada destinasi lain yang pariwisatanya berkelanjutan. Daerah percontohan tersebut adalah Pangandaran (Jabar), Sleman (DIY), dan Sesaot Lombok (NTB), kemudian disusul dengan Samosir/Danau Toba (Sumut), dan Sanur (Bali).
Sleman bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, Pangandaran bekerjasama dengan ITB, Sanur bekerjasama dengan Universitas Udayana, Sesaot Lombok bekerjasama dengan Universitas Mataram, dan Pangururan Samosir bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara. Tiga dari lima pusat monitoring, yakni ITB, UGM, dan Unram telah diakui oleh UNWTO. Wonderful Indonesia Network Sustainable Tourism Observatory (WINSTO) yang merupakan bagian dari International Network Sustainable Tourism Observatory (INSTO) merupakan wadah dari pusat monitoring tersebut.
Prospek cerah telah ditunjukkan oleh lima STO ini. Sleman misalnya, STO tersebut terdiri dari dua desa wisata, yaitu Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh. Pada tahun 2016 Desa Wisata Pulesari berhasil menarik 52.947 wisatawan. Angka tersebut menghasilkan pendapatan total sebesar Rp2.166.412.000. Sedangkan Desa Ekowisata Pancoh di tahun 2016 berhasil menarik 2.784 wisatawan, dengan total pendapatan sebesar Rp1.000.000.000.
Sebagai destinasi wisata berbasiskan Pariwisata Berkelanjutan keduanya mengandalkan penduduk lokal desa dalam pengelolaannya. Untuk itu pendampingan serta pelatihan diberikan sehingga masyarakat mampu mandiri. Begitu juga dengan STO lainnya.
ISTA
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News