Reksonegoro, Desa Unik Masyarakat Jawa-Tondano di Gorontalo

Reksonegoro, Desa Unik Masyarakat Jawa-Tondano di Gorontalo - GenPI.co
Tradisi balap roda sapi masih tetap lestari di Desa Reksonegoro.

Rumah panggung khas Minahasa yang usianya mendekati 100 tahun masih berjejer rapi. Tiang-tiangnya kokoh meskipun ada beberapa rumah yang mulai dimakan usia.

Inilah ciri khas Desa Reksonegoro di Kabupaten Gorontalo, desa yang didirikan sekitar tahun 1925 oleh orang-orang Jawa-Tondano di Minahasa, Sulawesi Utara.

Ini bukan satu-satunya desa  Jawa-Tondano (Jaton) di Gorontalo.  Namun di desa ini warisan budaya masa lalu masih lestari. Puluhan rumah panggung masih berdiri, tradisi Shalawat Jowo masih lestari, juga budaya lain masih berfungsi hingga kini.

Jaton adalah adalah masyarakat yang unik, mereka lahir dari rahim wanita Minahasa yang disunting para kombatan Perang Jawa yang diasingkan di tepi Danau Tondano tahun 1830.

Terdapat 62 orang prajurit Perang Jawa yang tangguh berada di Tondano. Mereka dipimpin Kiyai Modjo, seorang ulama dan penasehat utama Pangeran Diponegoro. Para pengikut Kiyai Modjo inilah yang menikahi para gadis cantik anak para walak (pemimpin) negeri Tondano dan Tonsea.

Dari perkawinan dua budaya ini, lahirlah masyarakat Jaton yang dikenal tangguh dalam  bidang pertanian dan budaya. Mereka juga mewarisi tradisi agraris yang kuat.

“Sehari-hari kami  menggunakan Bahasa Jaton, Bahasa Gorontalo juga bisa,” kata Muhammad Kiyai Wonopatih, sesepuh Desa Reksonegoro, Rabu (19/12).

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya