GenPI.co 
Hal yang indah dari Bali adalah harmoni kebudayaannya yang menyatu dengan alam. Dan tempat yang sempurna untuk melihat itu bukanlah pantainya, melainkan di pedalaman Bali.
Datanglah ke Jatiluwih, sebuah kawasan persawahan yang indah ini berada di Penebel, Kabupaten Tabanan. Berada di ketinggian 700 meter dari permukaan laut, kawasan itu menyuguhkan suasana sejuk khas pegunungan. Wuiihh!
Berada dekat dengan Gunung Batu Karu, persawahan berundak ini terhampar seluas 53.000 hektar sehingga dinobatkan sebagai Pemandangn sawah terasering terluas di Bali. Persawahan Jatiluwih ini diairi dengan sistem irigasi tradisional Bali yang disebut Subak. Uniknya, diantara persawahan terdapat pura bagi Dewi Kemakmuran.
Nama Jatiluwih berasal dari kata ‘Jaton’ yang berarti ‘jimat’ dan ‘Luwih’ yang berarti ‘bagus’. Sehingga, Jatiluwih dapat diartikan sebagai “desa sumber jimat yang bagus”.
Menikmati persawahan disini baiknya berkeliling dengan berjalan kaki, bersepeda, atau dengan naik kuda. Selain persawahan, ada pula wahana arung jeram. Lalu ada Air Terjun Yeh Ho di jalan Batu Luwih Kanan Banjar Gujung Sari Umah Kayu, yang melalui jalan setapak berliku tapi indah. Ada juga ada Pura Taksu Agung, tempat di mana warga bisa memohon Taksu atau Kharisma/Kewibawaan kepada Ida Betara.
Lelah berkeliling bisa dipulihkan dengan beristirahat di dua rumah makan yang menyajikan makanan lokal, nasional, dan internasional. Salah satunya bahkan berada di tengah-tengah persawahan. Wuihhh!
Persawahan Jatiluwih ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tanggal 29 Juni 2012 lalu. Badan PBB itu mengangggap Jatiluwih adalah perwujudan yang sempurna dari kearifan lokal Tri Hita Karana, yaitu filosofi mengenai keseimbangan kehidupan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan pencipta.
Traveler ingin ke sana? Persawahan Jatiluwih dapat ditempuh dalam waktu 2 jam dari Bandara Ngurah Rai.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News
