Keyakinan akan tanggung jawab bersama atas kesejahteraan satu sama lain tetap ada, namun perilaku menjadi lebih manipulatif, dengan upaya untuk menyenangkan pasangan yang bertujuan memulihkan keadaan awal cinta seutuhnya.
Cinta dan perhatian tidak lagi tanpa syarat, dan pasangan terombang-ambing antara bersikap kritis dan merasa sakit hati atau kecewa ketika hubungan tidak mencapai kondisi ideal.
3. Dinamika kekuasaan
Kekecewaan dan kebencian berubah menjadi kemarahan yang berujung pada perebutan kekuasaan yang ditandai dengan seringnya tindakan pembalasan.
BACA JUGA: Gugat Cerai Suami Setelah Menikah 1 Bulan, Hana Hanifah: Aku Salah Terlalu Cepat Memilih
Perjuangan berfungsi sebagai mekanisme pertahanan terhadap kekecewaan yang berkelanjutan karena ketidakmampuan untuk mendapatkan kembali hubungan cinta awal.
Argumen berpusat pada masalah kontrol, seperti uang atau waktu yang dihabiskan bersama. Dalam kasus yang ekstrim, perselingkuhan dapat terjadi sebagai cara untuk menyakiti pasangannya.
BACA JUGA: 4 Pertanyaan Penting untuk Diajukan kepada Pria Sebelum Menikah
Perebutan kekuasaan mencerminkan reaksi terhadap harapan yang tidak terpenuhi akan cinta dan penerimaan tanpa syarat, dengan pasangan berusaha untuk mengendalikan satu sama lain melalui dinamika kekuasaan.
4. Bertahan
Pasangan yang lelah secara emosional dan menghadapi ancaman perpisahan, mengalihkan perhatian mereka ke aspek kehidupan lain daripada mengatasi konflik yang ada.
BACA JUGA: 3 Aturan yang Wajib Dipahami Setelah Menikah agar Tidak Ada Konflik Berkepanjangan
Meskipun cinta romantis semakin berkurang, komitmen terhadap pernikahan tetap ada, dan pasangan berfokus pada kepentingan bersama demi kepentingan keluarga, seperti membangun rumah, membesarkan anak, atau kemajuan pekerjaan.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News