Masyarakat Relawan Indonesia, Mengetuk Hati Membantu Sesama

12 Juni 2021 17:45

GenPI.co - Gempa besar dengan magnitudo 9,8 memicu gelombang tsunami yang menyapu daratan Aceh pada 26 Desember 2004. 

Ratusan ribu jiwa menjadi korban bencana, dan jutaan orang lainnya terketuk hatinya untuk membantu sesama.

Dari peristiwa itulah sejarah komunitas Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dimulai. 
 
Saat itu, ada banyak sekali relawan yang terjun ke lapangan. 
 
Namun, manajemen yang ada saat itu kurang maksimal. Efeknya akhirnya berpengaruh ke gerak relawan.

BACA JUGA:  CBB, Komunitas Literasi Pertama di Cepu

"Alumni relawan di Aceh itu akhirnya bikin MRI, tepatnya pada 21 Mei 2005. MRI ini masuk Jateng pada 2016. Sedangkan di Jepara, MRI baru ada pada 2018," ujar Ketua MRI Jepara Mahmud Syifaudin kepada GenPI.co pada Sabtu (12/6).

Syaifudin mengatakan, MRI Jepara saat ini sudah memiliki 150 anggota dengan berbagai latar belakang yang majemuk, mulai dari sekolah, kuliah, hingga pekerja.

BACA JUGA:  Komunitas JOY For Chika, Berkumpul & Bergembira untuk JKT48

Jika biasanya komunitas hanya fokus pada satu sektor, MRI justru melintasi berbagai sektor sekaligus.

MRI tidak hanya bergerak di kebencanaan, tetapi juga lingkungan, kesehatan, sosial hingga pendidikan.

BACA JUGA:  Olahraga Sambil Bangun Relasi, Komunitas Bola Kantoran Tempatnya

Di bidang kebencanaan, MRI Jepara sering kali membantu daerah yang terkena longsor, gempa, dan berbagai bencana lain. 
 
Tidak hanya di Jepara saja, anggotanya juga biasanya berangkat ke berbagai kota lain yang sedang tertimpa musibah.

Di bidang kesehatan, komunitasnya ini biasanya menggelar penyuluhan, donor darah, hingga sosialisasi.

Di bidang lingkungan, Syaifudin bersama kawan-kawannya biasanya menggelar tanam pohon, bersih-bersih pantai, dan masih banyak lagi.

Sementara di bidang sosial, MRI Jepara punya program berbagi nasi yang terjadwal, berbagi sembako, hingga beasiswa untuk anak yatim piatu. 

"Seluruh kegiatannya murni mengandalkan para donatur yang dermawan," katanya.

Bagi Syaifudin, MRI Jepara tidak hanya sebatas komunitas, tetapi juga sebagai guru kehidupan.

Sebab, ada banyak hal-hal yang membuatnya terenyuh saat menjadi relawan. 
 
Misalnya, saat dirinya mengunjungi sebuah rumah yang kebakaran.

Rumah yang kemudian diketahui milik seorang ibu dan dua anak itu kini telah rata dengan tanah.

MRI Jepara berniat membantu. Syafidun lalu bertanya soal apa keinginan dari dua anak tersebut, apalagi kini rumahnya sudah enggak ada.

Jawaban anak itu ternyata sangat simpel, keduanya hanya ingin sekolah. 
 
Hati Syaifudin pun terketuk. Di tengah kesusahan, dua anak yang kehilangan rumahnya ternyata masih memikirkan pendidikan.

MRI Jepara pun langsung bergerak membuat kampanye dan donasi untuk membantu pendidikan dua anak tersebut. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Yasserina Rawie Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co