GenPI.co - Epidemiolog dari Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Riris Andono Ahmad mengatakan hasil dari penerapan PPKM Darurat yang baru berjalan empat hari belum dapat dilihat.
"Minggu yang lalu belum ada PPKM Darurat, sehingga efek yang ada dari sekarang baru bisa diamati pada akhir (pekan) nanti," ujar Riris Andono Ahmad seperti yang dilansir dari Ayoyogya.com, Rabu (7/7/21).
Total kasus Covid-19 di level nasional, katanya, adalah hasil penularan virus corona sebelum adanya PPKM Darurat. Hasil PPKM Darurat pada minggu pertama baru bisa terlihat pada akhir pekan nanti karena Covid-19 ada massa inkubasinya.
Massa inkubasinya baru bisa dideteksi lima sampai tujuh hari. "Orang yang terinfeksi Covid-19 hari ini merupakan hasil dari akumulasi kasus selama satu (pekan) yang lalu," ungkapnya.
Menurutnya, efektif atau tidaknya PPKM tergantung dengan implementasinya di lapangan. Indikator keberhasilan PPKM ialah menghentikan mobilitas manusia.
Dengan begitu, virusnya juga sulit untuk menyebar ke orang lain. "Jadi PPKM ini baru bisa dikatakan efektif jika menghentikan pergerakan orang dan akan menurunkan penularan. Yang jadi permasalahan sekarang adalah apakah ada penurunan mobilitas yang signifikan?" terangnya.
Disinfektan Kata dia, penyemprotan disinfekstan di jalan raya tidak efektif karena ada dua hal. Pertama, yang pasti virus tidak bisa bertahan hidup di luar lantaran terkena sinar matahari. Kedua, siapa orang yang akan menyentuh jalan raya.
"Saat ini penularan Covid-19 dengan permukaan benda sudah tidak dianggap signifikan. Yang signifikan ya droplet itu," ungkapnya.
Penyemprotan disinfekstan justru dianggap menghabiskan sumber daya yang tidak perlu. Penyekatan Ihwal penyekatan di sejumlah ruas jalan di DIY, katanya, juga tidak berpengaruh.
Sebab, Covid-19 menular saat orang sedang berkumpul atau berkerumun. "Yang menjadi isu sebenarnya adalah kerumunan. Kalau tidak ada kerumunan relatif tidak ada penularan," jelasnya.
Diakuinya, penyekatan sebagai upaya untuk mempersulit agar orang tidak berkerumun dengan mempersempit ruang gerak. Akan tetapi, yang menjadi persoalan apakah dengan membatasi jalan, kerumunan akan berkurang atau malah berpindah ke tempat yang lebih tersembunyi.
"Itu yang perlu diperhatikan karena bisa jadi orang-orang tidak berkerumun di jalan raya tapi di tempat sepi," tandasnya. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News