GenPI.co - Pengamat kebijakan publik Fernando EMaS menyoroti sejumlah proyek mangkrak Krakatau Steel.
Padahal, terjadi peningkatan impor baja yang tembus hingga 66 persen pada Januari-Agustus 2021 dibanding periode yang sama pada 2020.
Fernando menduga, persoalan impor baja ini adalah bentuk kegagalan Krakatau Steel.
Sebab, perusahaan tak mampu menyediakan bahan baku baja di dalam negeri meski nilai investasi yang ditanam perusahaan BUMN mencapai triliunan rupiah.
"Proyek mangkrak PT. Meratus Jaya Iron and Steel, anak perusahaan KS yang ada di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan yang sudah menyerap dana negara 2 triliunan lebih dari target 3,9 Triliun seharusnya bisa menutup defisit impor baja nasional," kata Fernando kepada GenPI.co, Senin (20/9).
Padahal, jika terealisasi, pabrik tersebut dapat menghasilkan slab, billet, dan bloom dari pengolahan bijih besi.
Seperti diketahui, saat ini impor slab, billet, dan bloom nasional mencapai 3 juta ton yang diimpor oleh KS dan Anggota ISIA lainnya dengan nilai miliaran dollar per tahunnya.
Adapun, Slab, billet, dan bloom merupakan bahan baku utama industri baja dan semuanya belum dapat diproduksi di dalam negeri.
"Hal ini merupakan bentuk kegagalan KS yang dipimpin Silmy Karim. Negara mengandalkan BUMN ini tetapi tidak dapat terwujud," katanya.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News