GenPI.co - Peneliti di Observatorium Bosscha Yatny Yulianty angkat bicara terkait fenomena gerhana bulan parsial (GBP) dengan durasi terlama di abad ini yang akan terjadi pada Jumat (19/11)
Yatny menjelaskan bahwa gerhana bulan termasuk fenomena astronomi yang aman dan mudah diamati tanpa alat bantu optik khusus.
"Masyarakat dapat mengamati dengan cukup baik proses terjadinya gerhana bulan dengan mata," ujar Yatny kepada GenPI.co, Rabu (17/11).
Namun, kata Yatny, beberapa tahapan atau fase pada gerhana bulan mungkin akan cukup sulit dikesani langsung oleh mata.
Sebab, kata Yatny, tidak banyak terjadi perubahan pada pancaran cahaya bulan.
"GBP 19 November dapat disaksikan di wilayah Amerika Utara dan Selatan, Australia, dan sebagian Eropa dan Asia," kata Yatny.
Yatny menambahkan, sebagian besar wilayah di Indonesia jatuh di dalam area yang dapat menyaksikan sebagian dari seluruh rangkaian GBP.
Dia menjelaskan, tahapan gerhana bulan akan dimulai pada pukul 06:02 UT atau siang hari di Indonesia atau 13:02 WIB.
Sementara fase maksimumnya kata Yatny akan terjadi pada 09:02 UT atau 16:02 WIB.
"Ini menyebabkan di seluruh wilayah Indonesia tidak dapat menyaksikan fase awal gerhana karena bulan masih berada di bawah horison," jelasnya.
Yatny menambahkan, pada tanggal 19 November bulan akan terbit pukul 17:48 WIB, sehingga wilayah Tengah dan Timur Indonesia berkesempatan menyaksikan fase gerhana parsial (setelah maksimum).
Sementara itu, wilayah Indonesia, seperti Pulau Sumatera dan sebagian Pulau Jawa hanya dapat menyaksikan fase penumbra gerhana
"Penting untuk mengetahui waktu-waktu terjadinya gerhana di tempat kita mengamati," kata Yatny. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News