GenPI.co - Fenomena gerhana bulan sebagian terjadi pada Jumat (19/11) malam. Ada fakta langka yang mengiringi fenomena langka yang terjadi tiap hampir 500 tahun itu
Kepala Pusat (Kapus) Seismologi Teknik, Geofisika Potensial, dan Tanda Waktu BMKG Rahmat Triyono membeberkan fakta menarik tentang fenomena gerhana bulan sebagian itu apa saja?
Aman untuk mata
Rahmat menjelaskan bahwa masyarakat bisa menyaksikan gerhana tersebut tanpa alat bantu.
"Karena fenomenanya (gerhana bulan sebagian, red) aman bagi mata," ujar Rahmat kepada GenPI.co, Kamis (18/11).
Namun, Rahmat menyarankan untuk menggunakan teleskop yang dipandu dengan detektor.
Hal itu dilakukan agar gerhana bulan sebagian terlihat lebih jelas dan bisa diabadikan.
Dapat dilihat di langit Indonesia
Rahmat mengatakan, fase puncak gerhana terjadi pada pukul 09.02.56 UT atau 16.02.56 WIB hingga gerhana selesai.
"Hanya dapat disaksikan di wilayah Papua dan sebagian besar Papua Barat," ujar Rahmat.
Untuk pengamat di wilayah Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali, sebagian besar Jawa Timur, dan sebagian Bangka Belitung bagian timur dapat mengamati proses gerhana sebagian pasca puncak gerhana dari bulan terbit hingga gerhana selesai.
Sementara itu, pengamat yang ada di Jawa Barat, Jakarta, dan Sumatera hanya bisa mengamati fase gerhana penumbra pasca puncak gerhana dari sejak bulan terbit hingga gerhana berakhir.
Siklus gerhana bulan tidak pasti
Rahmat menjelaskan bahwa tidak ada siklus yang pasti terkait pengulangan gerhana bulan terlama ini.
"Proses gerhana sendiri sangat ditentukan oleh konfigurasi posisi bulan, bumi, dan matahari," ujar Rahmat.
Menurutnya, gerhana sejenis yang durasi parsialitasnya hampir sama dengan gerhana bulan 19 November 2021 adalah gerhana bulan 21 November 2086 dengan durasi parsialitas mencapai 3 jam 08 menit 45 detik. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News