GenPI.co - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Septa Dinata menilai organisasi Islam bahwa Nahdlatul Ulama (NU) bisa menjadi kekuatan inklusif.
Hal itu disampaikan merespons diumumkannya jajaran kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027.
Septa mengatakan, banyaknya wajah politikus yang muncul dalam daftar tersebut menjadi hal yang sangat menarik.
“NU lebih tetap menjadi kekuatan inklusif, seperti garam yang ada rasanya, tetapi nggak kelihatan dan menggarami semua aspek politik," kata Septa kepada GenPI.co, Jumat (14/1).
Dia menjelaskan bahwa jika menjadi kekuatan eksklusif, kekuatan NU justru akan menjadi kecil.
Banyaknya politikus di kepengurusan dinilai menjadi bagian dari strategi agar NU tidak lagi dikooptasi oleh PKB.
"Dengan mengakomodir politikus dari berbagai macam warna bendera, membuat kekuatan NU lebih besar," kata Mahfud.
Strategi ini kata Septa akan membuat kekuatan NU tersebar di mana-mana.
Di sisi lain, kata Septa, tidak realistis bagi NU untuk tidak mengakomodir politikus di kepengurusannya.
Untuk diketahui, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) resmi mengeluarkan daftar jajaran kepengurusan lengkap periode 2022-2027, Rabu (12/1). (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News