GenPI.co - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan ada tiga ancaman dunia saat ini, yaitu perubahan iklim, normalisasi kebijakan moneter, hingga pengetatan likuiditas.
Dia menyebutkan normalisasi kebijakan moneter dan pengetatan likuiditas ini telah menimbulkan disrupsi di seluruh dunia termasuk Indonesia.
"Disrupsi rantai pasok yang muncul akibat meningkatnya geopolitik menjadi perhatian dan harus diwaspadai," ujar Sri Mulyani dalam rapat paripurna, Selasa (24/5/2022).
Selain itu, adanya konflik Rusia dan Ukraina juga memengaruhi situasi geopolitik dunia.
Dia menilai, situasi tersebut menimbulkan ancaman krisis mulai dari energi, pangan, higga keuangan.
"Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk sebuah grup untuk mengantisipasi tiga potensi krisis dunia yaitu energi, pangan, dan keuangan," ucapnya.
Sri Mulyani menegaskan Indonesia harus mampu merespons secara tepat waktu, kualitas, dan aksi terhadap berbagai potensi ancaman dunia.
"Saya optimis pemerintah akan mampu mengatasi gejolak global mengingat upaya yang telah dilakukan dalam menghadapi krisis krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 mulai membuahkan hasil," bebernya.
Dia menambahkan upaya yang dilakukan pemerintah dalam penanganan Covid-19 telah memberikan dampak positif, yakni membangkitkan aktivitas ekonomi domestik.
"Implementasi kebijakan makro fiskal melalui APBN yang responsif mampu membuat pemerintah merespon secara fleksibel dan sinergis dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi," ungkap dia.
Menurut Sri Mulyani, ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5,01 persen pada triwulan.
Pertumbuhan yang kuat ini juga didukung oleh stabilisasi tingkat harga atau inflasi yang tercatat 0,95 persen (mtm) atau 3,47 persen (yoy) pada April 2022.
"Angka inflasi Indonesia masih dalam rentan target 3 plus minus 1 persen dan jauh di bawah inflasi di dunia yang bahkan ada yang mencapai double digit," tandas dia.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News