GenPI.co— Startup asal Jerman, Kontool baru-baru ini menjadi viral. Masalahnya merek perusahaan dan produk jasanya yang hanya beda tipis dengan sebutan alat kelamin pria di Indonesia. Yaitu beda satu hurup “O”.
Konsultan Merek, Turman M. Panggabean mengatakan memang akan sulit jika satu perusahaan harus melakukan survei di semua negara dunia, sebelum menentukan mereknya. Agar kelak tak ada pihak di negara lain yang terkejut dan viral, seperti halnya dialami Kontool.
Baca juga:
Gara-gara Viral, Kontool Justru Ingin Makin Besar & Makin Panjang
Jika Startup Kontool Masuk Indonesia, Kominfo Bilang Begini!
“Terpenting merek itu harus mudah dikenal dan diingat konsumen,” kata Turman, Konsultan HKI Absolut kepada GenPI.co, Jumat (7/9/2019).
Sama seperti halnya Kontool yang memilih merek tersebut. Turman meyakini, alasannya karena merek itu akan mudah diingat dan dikenal oleh konsumen yang dibidik perusahaan tersebut.
Kontool merupakan startup yang menawarkan perangkat lunak yang digunakan untuk konsultasi pajak. Merek perusahaan dan aplikasinya merupakan kependekan dari Konto, dalam Bahasa Jerman berarti pajak dan tool atau alat.
Lalu, bagaimana jika perusahaan tersebut masuk ke Indonesia?
Turman mengatakan terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) merupakan hal sensitif di Indonesia. Termasuk merek yang bisa “menyerempet” hal-hal tabu lainnya.
Namun, ia meyakini Kontool sudah mendaftarkan mereknya di HKI internasional.
Sementara itu juga ada Konvensi Paris yang diteken banyak negara, termasuk Indonesia, salah satu perjanjian internasional mengenai kekayaan intelektual, khususnya merek.
“Kalau Kontool mau masuk ke Indonesia, tinggal bagaimana pejabat merek di Indonesia mensikapinya,” kata Turman.
Sama seperti halnya, ujar dia, merek " Buddha Bar"yang sudah terdaftar di Indonesia, ternyata dibatalkan oleh Ditjen Kekayaan Intelektual karena adanya keberatan dari masyarakat beragama Budha.
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News