Bubu, Identitas dan Kebanggaan Etnis Dayak Tahol

28 Oktober 2018 12:35

Warisan terbaik berupa bubu diberikan Dayak Tahol di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Kearifan lokal ini menjadi jembatan terbaik konservasi dengan eksplorasi alam.

Setiap daerah memiliki bubu. Fungsinya sebagai alat penangkap ikan tradisional. Bentuk, ukuran, dan rupanya sangat beragam, demikian juga dengan etnis Dayak Tahol. Mereka bahkan menempatkan bubu sebagai simbol budaya.

Wakil Ketua Adat Lembaga Dayak Tahol Malinau Utara Polimon Pundas mengatakan, bubu menjadi alat penangkap ikan ramah lingkungan. 

“ Bubu ini menjadi simbol masyarakat Dayak Tahol. Kami menggunakan bubu untuk menangkap ikan. Sebab, alat ini ramah lingungan,” ungkapnya Polimon, Sabtu (27/10).

Tidak berlebihan bila mereka menempatkan bubu sebagai properti penting. Etnis Dayak Tahol memang mengekplorasi potensi kekayaan air, khususnya sungai. Mengacu demografi, mereka terbiasa hidup di dalam lingkungan sungai. Situs besarnya di Malinau terpusat pada wilayah Sungai Semenduruk juga Sungai Ribang. Keduanya berada di wilayah hukum Pemkab Malinau.

" Kami memanfaatkan sungai dengan mengambil ikannya. Namun, pengambilan ikan dilakukan secara tradisional menggunakan bubu. Dengan memakai bubu, kami telah ikut melestarikan alam dan ikannya saat ini masih banyak. Kami telah ikut menjaga keseimbangan alam,” terangnya lagi.

Baca Juga : Bubu Terbesar Capai Rekor Muri di Festival Irau Malinau 2018

Status bubu sebagai identitas serta langkah strategis dilakukan masyarakat etnis Dayak Tahol dengan memanfaatkan panggung Festival Budaya Irau Malinau (FBIM) 2018, Kalimantan Utara, catatan rekor MURI untuk bubu terbesar pun diciptakan, Jumat (26/10). Mereka berhasil menciptakan bubu superlatif dengan ukuran super jumbo.

Etnis Dayak Tahol membuat bubu dengan panjang 10 meter. Pintu bubunya berdiameter 2,25 meter. Diameter tengahnya 1,95 meter dan ujungnya 0,68 meter. Bubu ini terbuat dari kombinasi bambu dan rotan. Untuk membuat bubu superlatif ini dibutuhkan waktu 10 hari. Pengerjaannya pun dilakukan oleh 15 orang. Menjadi penegas kerukunan, bubu ini dibuat secara gotong royong oleh perwakilan Pengurus Adat Tahol se-Kabupaten Malinau. 

“ Bubu ini menjadi warisan berharga dari leluhur. Model dan teknik pembuatannya juga khusus. Kami pun tergerak untuk mewariskan sesuatu yang berbeda. Karena ada event FBIM, kami putuskan untuk membuat bubu raksasa agar menjadi rekor MURI. Kami berharap ada kebanggaan yang bisa diwariskan bagi generasi muda etnis Dayak Tahol,” kata Polimon lagi. 

Bubu raksasa milik etnis Dayak Tahol menjadi rekor MURI ke-11 yang tercipta di FBIM 2018. Bubu ini diberi nomor rekor MURI 8703. Koleksi 11 rekor MURI milik FBIM 2018 dalam satu event pun sensasional. Apalagi, rekor MURI ini diciptakan dari berbagai potensi budaya dan kearifan lokal seluruh etnis Dayak di Kabupaten Malinau. 


Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co