Ilmuwan Indonesia Ciptakan Alat Tes Corona, Hasilnya Paten

04 April 2020 12:03

GenPI.co - Alat rapid test corona buatan Indonesia diakui dunia, karena dalam waktu 10 menit sudah diketahui hasil akurat. Alat tes madiri itu bernama Sensing Self yang menggunakan analisis enzim.

Alat tersebut dikembangkan oleh seorang entrepreneur dari Indonesia, Santo Purnama. Ia mengembangkan teknologi pengetesan COVID-19 melalui perusahaannya, Sensing Self, yang berbasis di Singapura.

BACA JUGA: Vaksin Corona dari Tembakau Siap Diproduksi Massal

Resmi diproduksi sejak bulan Februari, alat rapid test Sensing Self telah mendapatkan lisensi edar dari tiga pasar penting di dunia, yaitu Eropa (mendapatkan sertifikasi CE), India (disetujui oleh National Institute of Virology dan Indian Council of Medical Research), serta Amerika Serikat.

Untuk pasar Amerika Serikat, FDA telah memberikan persetujuan bagi alat tes Sensing Self, dengan syarat bahwa penggunaannya harus dilakukan di lembaga medis formal. India, yang memiliki ribuan kasus positif COVID-19, telah memesan alat tes cepat Sensing Self sebanyak 3 juta unit.

Sebagai warga negara Indonesia, Santo siap membawa alat tes mandiri ini untuk membantu Pemerintah Indonesia menanggulangi pandemi COVID-19. Namun, ia belum mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

"Perang melawan COVID-19 adalah perang melawan waktu. Harus menekan laju pertumbuhan pandemik ini dengan melakukan tes seluas mungkin. Oleh karena itu, kami berharap pemerintah Indonesia bisa memberikan respons positif bagi inisiatif kami untuk membawa alat tes mandiri ini ke Indonesia," kata Santo dalam pernyataan tertulis, Jumat (3/4).

Sensing Self masih menunggu persetujuan pemerintah untuk mengedarkan alat ini di Indonesia, dari pengajuan yang disampaikan sejak empat minggu lalu. Sebagai perbandingan, badan farmasi Eropa hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk memberikan persetujuan.

BACA JUGA: Peneliti UGM Sebut Wabah Corona Berakhir Sampai 100 Hari

"Jika setiap orang bisa melakukan tes mandiri, bisa meminimalisir risiko infeksi ketika pasien datang ke rumah sakit untuk melakukan tes, serta mengurangi beban tenaga medis yang sudah amat kewalahan,” katanya.

Sensing Self masih menunggu persetujuan pemerintah untuk mengedarkan alat ini di Indonesia, dari pengajuan yang disampaikan sejak empat minggu lalu. Sebagai perbandingan, badan farmasi Eropa hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu untuk memberikan persetujuan.

India menghabiskan waktu satu minggu untuk melakukan uji coba, validasi, dan persetujuan akhir. Pemerintah India langsung memesan jutaan unit alat tes dua hari setelah lisensi diterbitkan.

Santo mengatakan bahwa alat tes COVID-19 dijual dengan harga produksi, sebab ini merupakan misi sosial untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.

Dengan harga yang lebih murah, yaitu Rp 160.000 (USD 10), hasil tes bisa keluar dengan lebih cepat dibandingkan alat tes lain. Salah satu alternatif pengetesan COVID-19 adalah dengan nostril swab, di mana metode ini memakan biaya Rp 1,2 juta sekali tes, dan prosesnya memakan waktu hingga 1 jam.

"Dengan begitu, para tenaga medis bisa benar-benar memfokuskan diri untuk merawat pasien COVID-19 dengan gejala menengah-parah, alih-alih menghabiskan waktu untuk melakukan tes pada ribuan orang,” ungkap Santo. (ant)

 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Cahaya

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co