The Australian Olok Habib Rizieq, Lebih Parah dari Tukang Obat

13 November 2020 12:55

GenPI.co - Sejumlah media asing turut menyoroti kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab ke Indonesia pada Selasa (10/11).

Salah satunya adalah media asal Australia, The Australian. Media tersebut membahas kepulangan Rizieq setelah mengasingkan diri selama tiga tahun di Arab Saudi karena tersandung kasus pidana.

BACA JUGA: Usai Sebut Habib Tukang Obat, Nikita Mirzani Dapat Ancaman

Dalam judul berita, The Australian menyebut Habib Rizieq sebagai buronan kasus syur, lebih parah dari viral  julukan 'habib tukang obat' yang disebutkan oleh artis Nikita Mirzani.

"P*** Fugitive Rizieq Shihab Returns to launch Indonesian Moral Revolution," demikian judul berita The Australian

Dalam berita yang dipublikasikan pada kamis, (12/11) ini menyoroti ribuan pendukung yang menyambut Habib Rizieq bak pahlawan. 

Ribuan pendukung berpakaian putih memenuhi bandara tanpa peduli dengan aturan Covid-19.

Media yang berbasis di Negeri Kanguru ini juga menulis aksi besar yang dipimpin Habib Rizieq, yakni aksi anti-Ahok yang dikenal sebagai aksi 212.

 Lebih lanjut, The Australian juga menyoroti sederet tuduhan yang menyertai kepergian Rizieq ke Arab Saudi pada 2017 lalu.

Media itu menulis, satu tahun setelah Ahok kalah dan dipenjara, Habib Rizieq terjerat kasus karena melanggar undang-undang pornografi.

Ia diduga melakukan pertukaran pesan dengan seorang pendukung wanita, termasuk gambar tidak senonoh yang kemudian bocor dan diedarkan secara online.

Habib Rizieq juga tersandung kasus lain untuk menghina ideologi negara, Pancasila. 

Media itu menulis, polisi membatalkan dua dakwaan itu pada tahun lalu karena lemahnya bukti. Meski sudah dibatalkan, Habib Rizieq memilih untuk tetap berada di arab. 

Berita ini juga dilengkapi dengan serangkaian komentar dari pengamat luar negeri yang erat dengan isu-isu di Indonesia. 

Salah satunya Ian Wilson, pakar Indonesia dan dosen Universitas Murdoch di bidang politik dan studi strategis.

Ian mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo harus waspada dengan hal ini karena citranya makin memudar. 

Ini terkait dengan ketidakpuasan terhadap Jokowi dan pemerintahannya yang mendorong undang-undang cipta kerja. 

"Pemerintahannya harus memikirkan dengan sangat hati-hati tentang bagaimana mereka menangani masalah politik ini dan tidak memperkuat kekuasaan Rizieq, karena di masa lalu pola seperti ini hanya meningkatkan popularitas dan otoritasnya," komentar Wilson.

BACA JUGA: Habib Rizieq Shihab Buka Pintu Rekonsiliasi, Syaratnya...

Sementara itu, pakar Indonesia dari Australian National University, Greg Fealy mengatakan gerakan 212 telah terfragmentasi sejak puncaknya pada akhir 2016 dan awal 2017, ketika jutaan pendukung bersatu untuk menggulingkan Gubernur Jakarta.

"Semua orang ini mengandalkan peluang yang muncul, seperti tuduhan penistaan terhadap gubernur Kristen China yang dihina, untuk memungkinkan mereka bergerak," kata Profesor Fealy.

"Saya pikir pihak berwenang tahu itu dan akan waspada untuk tidak memberi mereka amunisi karena mereka akan menembakkannya langsung ke dahi Anda,’ pungkasnya (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2025 by GenPI.co