GenPI.co - Senja di sekitar daerah Blok M, Jakarta Selatan, outlet kopi berjejeran. Saat itu hujan datang, pilihan satu-satunya untuk pengendara motor yakni menepi.
Aku melipir sejenak menikmati nikmatnya kopi sambil menunggu hujan reda. Asyik sekali, meneguk hangatnya kopi di cuaca yang dingin.
BACA JUGA: Gara-gara Memegang Batang, Jadi Awal Baru Untuk Hidupku
"Mas, hot cappuccino satu," ujarku sambil melihat menu.
"Gulanya mau apa, kak? Normal atau less sugar?," tanyanya.
Waduh..... deg... deg... deg... deg... gantengnya pol. Aku sampai terkesima melihat ketampanan dan brewoknya itu.
"Kak, halo? Gulanya mau yang mana?," sapanya.
"Eh... anu... normal saja, kak, Baim," sahutku setelah melihat name tag-nya.
Setelah bayar, aku melanjutkan untuk duduk sambil menunggu kopi itu datang. Tiba lah saatnya Baim menghampiriku membawakan hot cappuccino dan cookies.
BACA JUGA: Saat Dia Mendekat, Napasku Makin Memburu
"Halo, kak. Sudah datang semua pesanannya. BTW, namaku bukan Baim tetapi Chritopher, panggil aja Chris," ucapnya.
Duh, malu banget aku. Sudah salah panggil nama, saat pertama menatapnya pun mataku tak berkedip.
"Kira-kira apa yang ada dibenak dia, ya? Sumpah, aku malu banget!," dalam hatiku.
Selama menunggu hujan, aku tak berhenti berimajinasi dengan dia. Bukan karena sudah jomlo lama, tetapi memang wajahnya memalingkanku.
Hujan sudah reda, aku pun bergegas pulang. Namun, aku iseng menulis nomor ponselku di sebuah tisu.
Harapannya, sih, supaya dia bisa menghubungiku dan hubungan ini lanjut. Tak mau berharap banyak, tetapi tidak ada salahnya mencoba.
Tiba di rumah, ada bunyi pesan WhatsApp. Aku nggak perduli dengan pesan itu, pikirku hanya pesan biasa dari grup kantor.
Mungkin, pesan itu sudah aku abaikan lebih dari dua jam. Saat aku hendak tidur, betapa terkejutnya aku kalau yang menghubungiku itu ialah Christopher.
Tanganku gemetaran dan hatiku dag dig dug serrr. Tak menyangka dia mau menghubungiku, berawal dari hitung-hitung berhadiah.
Singkatnya, sejak malam itu aku rutin saling berkabar dengan Christopher. Bahkan, aku hampir setiap hari mampir ke kedai kopinya.
Saat akhir pekan, kami juga sering melakukan aktivitas bersama. Memang benar-benar candu. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News