Kisah Horor: Tangan Hantu Terus Melambai Memanggilku

23 Februari 2023 23:00

GenPI.co - Kisah horor yang kualami masih kuingat sampai sekarang. Saat itu, aku dan teman-temanku di desa sedang begadang.

Ada salah satu tetanggaku yang sedang menggelar pernikahan. Sudah menjadi tradisi di desa kami bahwa para pemuda harus begadang sebagai bentuk solidaritas.

Rumah tetanggaku di dekat kuburan desa. Jaraknya mungkin hanya seratus meteran dari rumahnya.

BACA JUGA:  Kisah Horor di Rumah Tua: Mahkluk Besar Membuntutiku

Hari makin malam. Kami masih terus bercanda dengan berbagai gurauan ala kadarnya. Hasan pamit ke belakang.

Tinggal aku, Ari, Yudi, dan Dodo yang masih di teras rumah. Aku sebenarnya sudah cukup mengantuk.

BACA JUGA:  Film Roy & Marten: Sahabat Sehidup Semati: Horor Campur Komedi Segar

Namun, aku berusaha menahannya. Ari menuangkan kopi, lalu mengajak kami bermain kartu remi.

Tawaran yang menarik. Kami bersepakat mencoreng siapa pun yang kalah menggunakan bedak.

BACA JUGA:  Kisah Horor: Hantu Wanita Muncul di Kaca

Kantukku hilang. Kami sampai terbahak-bahak saat harus mencoreng peserta yang kalah.

“Mau sampai jam berapa, Ton?” tanya Ari.

“Habis subuh kelar,” ujarku.

Sudah menjadi kebiasaan bagi kami untuk pulang setelah subuh ketika harus begadang saat ada hajatan.

Aku pamit sebentar untuk buang air kecil. Yudi masih di dalam kamar mandi. Aku memintanya segera kelar.

Namun, Yudi justru seolah mengulur-ulur waktu. Aku sudah tidak tahan. Aku segera ke kebun di depan rumah tetanggaku.

Di samping kebun itu ada kuburan desa. Aku tidak merasakan apa pun. Namun, tiba-tiba ada tenaga yang seolah mengarahkan kepalaku menoleh ke arah kuburan.

Aku kaget bukan kepalang. Ada tangan yang melambai ke arahku. Tangan itu seolah ingin memanggilku mendekat.

Aku terdiam beberapa saat. Dunia seolah berhenti. Aku kehilangan kesadaranku.

Aku terus menatap tangan itu. Ada sosok putih mendekat. Aku masih terpaku di tempat semula.

Keringatku bercucuran. Aku tidak bisa berkata apa pun. Aku juga tidak bisa berlari. Hatu wanita itu makin dekat.

Aku bisa melihat wajahnya. Menyeramkan. Tiba-tiba kesadaranku kembali. Aku langsung berlari.

“Ngapain?”

“Pulang aja,” aku mengambil sarung, lalu bergegas berlari. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co