GenPI.co - Jarum jam menunjukkan pukul 23:15. Aku masih di kantor. Pekerjaanku belum selesai. Tinggal aku, Hanif, dan Hendra.
Hanif adalah office boy di kantorku. Hendra adalah satpam. Mereka memang sering menemaniku lembur di kantor.
Aku tidak ingin berlama-lama bekerja di kantor. Aku tidak mau kisah horor dua bulan lalu terulang lagi.
Saat itu, aku sendirian di ruang tengah. Hanif sedang makan di luar. Dia pergi cukup lama.
Aku mendengar langkah-langkah kaki. Pada awalnya, aku menganggap ada orang yang datang.
Namun, tidak ada satu pun orang yang datang. Aku masih mencoba berpikir positif.
Tidak berselang lama ada suara orang berdehem. Aku kaget. Siapa yang ada di luar?
“Siapa?” aku berteriak.
Tidak ada jawaban. Mungkin orang itu tidak mendengar teriakanku. Aku masih mencoba tenang.
Hanif belum datang. Hendra juga tidak ada. Aku mulai berpikir ngawur. Jangan-jangan hantu. Batinku.
Namun, aku mencoba menepis pikiran negatifku. Tidak mungkin hantu. Aku belum pernah mengalami kejadian apa pun selama bekerja di sini.
Tiba-tiba ada suara orang cekikikan. Kali ini aku mulai benar-benar merinding. Pikiranku kacau.
Aku memberanikan diri bangkit, lalu keluar. Aku menuju Lorong. Sumber suara itu ada di sana.
Deg. Jantungku mau copot. Aku melihat wanita bergaun putih sedang berdiri di pojok lorong.
Tubuhku kaku. Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Hantu wanita itu justru mendekatiku. Dia seperti terbang.
Makin dekat. Aku sudah benar-benar mati seketika. Tubuhku lunglai. Aku siuman di sofa ruang tengah.
Hanif menyelimuti tubuhku dengan sarung. Dia juga memberikanku teh hangat.
“Pak Arya kenapa?”
Aku membuka mata dengan berat. Setelah kesadaranku mulai pulih, aku bergegas mengambil tas. Aku buru-buru pulang. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News