Gara-gara Garis Tangan, Aku Bertemu Jodoh yang Aduhai

15 Mei 2021 17:05

GenPI.co - Malam itu aku benar-benar galau. Sudah seminggu sejak pacarku pergi, aku seperti kehilangan harapan untuk hidup.

Akhirnya, aku putuskan untuk mencari udara segar di luar rumah. Kebetulan, tak jauh dari rumahku ada pasar malam.

BACA JUGA: Enak Banget, Di Pos Ronda Mainnya Bergilir

Aku harap pikiranku yang sedang kalut ini bisa terobati, atau paling tidak aku bisa bernostalgia dengan pasar malam.

Di bagian pojok ada penjual harum manis yang legendaris, di sampingnya aroma surabi pandan semerbak, tetapi yang mencuri perhatianku adalah rumah bercat hitam di sebelahnya.

Di rumah itu tertulis "Sang Peramal Garis Tangan", aku yang penasaran pun mengantre sebelum masuk.

Antreannya cukup panjang, hampir semuanya berpasangan, kecuali aku dan seseorang wanita di depanku.

BACA JUGA: Main Sama Janda Malam-Malam di Pos Ronda Sambil Ditonton Tetangga

Tiba giliran wanita di depanku untuk maju, tetapi entah kenapa aku juga ikut sekalian masuk ke dalam.

"Ayo, Mas, sekalian biar cepat selesai," kata penjaga di depan.

Akhirnya aku masuk bersama wanita yang tak dikenal itu.

Kami duduk berdua dan menanyakan beberapa ramalan, seperti rezeki, keberuntungan, masa depan, dan tentu saja jodoh.

Nah, saat bab jodoh itu, si peramal mendadak menatapku dan menatap si wanita dengan bergantian, kemudian meminta tangan kanan kami ke depan.

"Hmm.... Kalian mungkin tidak saling mengenal, tetapi dari garis tangan, takdir telah membawa kalian bertemu di sini," kata si peramal.

"Kalian berjodoh," kata si peramal, disusul jam berdering yang menandakan waktu ramal sudah habis.

Aku keluar ruangan bersama si wanita tadi. Di lorong sebelum keluar, aku memberanikan diri untuk berkenalan.

Wanita yang kuketahui bernama Ine itu sungguh supel, baru kenal, kami sudah langsung akrab.

Kami saling bercerita banyak soal latar belakang masing-masing, dan tentu saja soal ramalan tadi.

Kadang tawa terjadi, kadang rasa malu keluar saat ada ramalan yang benar-benar personal.

Ditemani harum manis dan segarnya es podeng, malam ini aku merasa begitu berwarna.

Kami saling bertukar nomor telepon dan berjanji untuk bertemu lagi dan bertukar cerita lebih banyak lagi.

Saat pulang ke rumah, aku ingat kata-kata dari si peramal, "7001 ingat, ini. Angka ini akan mengajarkan kamu arti cinta," katanya.

Baru aku tahu rupanya angka itu adalah digit terakhir nomor telepon si wanita tadi.

"Ah, mungkinkah dia yang akan menjadi jodohku dan mengajariku arti cinta?" pikirku.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Landy Primasiwi Reporter: Chelsea Venda

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co