GenPI.co - Aku dan Gombloh sudah pacaran selama lima bulan. Selama itu, kami tidak pernah bertengkar hebat.
Dia selalu mengerti aku dalam segala hal, termasuk di saat-saat kesibukanku sebagai orang kantoran.
BACA JUGA: Tangis Rachmawati Soekarnoputri Mendadak Pecah, Bongkar Tragedi
Sementara itu, Gombloh adalah joki kuda yang selalu sibuk dengan kegiatannya. Jika aku suntuk dengan pekerjaanku, aku selalu menyempatkan datang ke horse stable.
Sebab, Melihatnya berkuda, membuat aku terhibur.
Kadang aku juga menemani dan membantunya merawat puluhan kuda.
Kendati demikian, aku tak pernah berani untuk mencoba naik kuda. Padahal Gombloh selalu memintaku untuk belajar bermain kuda.
BACA JUGA: Suara Lantang Habib Rizieq Bikin Hakim dan Jaksa Terpaku, Kaget
"Capek ya?" tanyaku sambil menyodorkan air mineral kepadanya.
Dia tersenyum melihatku sambil mengusap peluh yang menetes di keningku.
Entah kenapa, aku suka melihat dia saat berkuda dan merawat kuda. Dia memang sangat telaten dalam urusan seperti ini.
Suatu saat, dia menjemputku di kantor dan tiba-tiba memintaku untuk menutup mata.
Katanya ada kejutan buatku.
Setelah sampai di suatu tempat, Gombloh memintaku membuka mata. Aku tersenyum melihat kejutannya itu.
Dua ekor kuda berada di depanku. Salah satunya adalah kuda kesayangan Gombloh. Kedua kuda tersebut membawakan spanduk bertuliskan Selamat Ulang Tahun.
Melihat kejutan itu, aku pun memeluk Gombloh sebagai ucapan terima kasih.
Setelah meniup lilin dan memotong kue, Gombloh pun mengajakku keliling naik kuda.
"Belum pernah kan kuda-kudaan seperti ini?" tanyanya.
Aku menggeleng dan tersenyum. Hari itu aku sangat bahagia karena pertama kalinya aku naik kuda bersama Gombloh.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News