GenPI.co - Ini kisahku dengan kekasihku. Namaku Laura. Kekasihku bernama Doni. Kami sudah berpacaran selama enam tahun.
Kisah ini kualami pada 2017. Saat itu kami ingin merayakan anniversary jadian.
Kami pun membuat tantangan. Kami bersepakat membuat challenge untuk sesuatu yang paling kami hindari.
Doni menantangku memakan durian. Sumpah. Aku paling tidak tahan mencium bau durian.
Membayangkan melahap durian pun sudah membuatku merasa mual. Namun, mau tak mau aku harus menerima tantangan itu.
Siang itu Doni membawakan tiga buah durian ke rumah. Aku langsung mulas saat melihat durian di depanku.
“Berani?” Doni sudah berkedip-kedip dengan nakal.
Aku tidak menjawab. Aku terpaku beberapa saat. Doni tahu aku sedang berpikir ribuan kali.
Aku berusaha tidak menatap durian-durian itu. Namun, Doni terus menggodaku.
“Kalau kalah, berarti harus makan durian seminggu full,” ujar Doni.
Gubrak. Makan durian sekali saja sudah berusaha kuhindari, apalagi seminggu penuh.
Aku mau tak mau harus memenuhi tantangan dari Doni. Aku berjongkok. Kumakan pelan-pelan durian di depanku.
Huffffttt. Baunya sangat menyengat hidung. Aku seperti mau pingsan. Akhirnya aku makan durian juga. Doni tersenyum girang.
Beberapa hari kemudian giliran Doni yang harus menerima tantangan. Dia kuajak ke sebuah wahana wisata di Jakata.
Doni harus menerima tantanganku naik roller coaster. Sepanjang jalan menuju wahana wisata itu, Doni tidak henti-hentinya menggerutu.
“Rasain,” aku mencubit pelan lengannya.
Sampai di sana, Doni tampak sangat pucat. Aku tahu dia sedang berusaha menguatkan mentalnya.
“Gimana?” tanyaku.
Doni tidak menjawab. Aku tahu Doni paling tidak suka diajak naik roller coaster.
Aku sempat mengajaknya beberapa kali. Dia selalu menolak. Kali ini dia tidak bisa lagi menampik tantangan.
Akhirnya kami naik roller coaster. Wajah Doni terlihat pucat pasi. Dia sampai teriak-teriak tidak karuan.
Doni juga selalu melontarkan doa. Aku tertawa meskipun sebenarnya dag-dig-dug juga. Doni benar-benar tegang.
Dia terlihat gemetaran saat kami turun. Wajahnya sudah tidak bisa kugambarkan lagi.
Entah kata apa yang tepat untuk menggambarkan wajah Doni. Ide nakalku muncul.
Doni kuajak naik roller coaster lagi. Tidak hanya sekali, tetapi dua kali. Doni terang-terangan tidak mau. Aku tidak kehabisan akal.
Aku pura-pura ngambek. Doni tidak mau. Aku pura-pura ngambek. Dia akhirnya mau. Aku tertawa bahagia.
Doni terlihat sangat kepayahan setelah turun dari roller coaster untuk kedua kalinya.
Dia bahkan sampai muntah-muntah. Aku tertawa, meskipun khawatir dalam hati. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News