Semalam Nikmat Banget Sampai Mentok, Sekarang Aku Hancur

16 Juli 2021 22:50

GenPI.co - Jalan hidup setiap orang pasti berbeda. Aku memilih hidup dengan gayaku sendiri.

Di usia 17 tahun, aku menyukai kebebasan. Aku bahkan tidak sungkan untuk datang ke pesta malam untuk berdansa. Begitulah kehidupanku dan teman-teman sebaya.

Mungkin orang tuaku dibuat kelimpungan karena ulahku. Namun, seperti cerita di atas kalau aku menyukai kebebasan.

BACA JUGA:  Berkeringat Bersama di Ruangan, Sekretaris Seksi Teriak Ampun!

Setiap malam Jumat aku mendatangi satu diskotik di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Seperti biasa, bermodalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan pakaian seksi, aku sudah bisa berdansa di dalam.

Maklum, setiap malam Jumat adalah ladies night. Jadi, setiap wanita yang masuk tentunya gratis.

BACA JUGA:  Keluar 4 Kali dengan Janda Muda, Aku Kewalahan

Malam itu aku bertemu dengan seorang pria, biasanya juga sama. Namun, pria berkulit putih yang aku sendiri tidak tahu identitasnya mengajakku untuk menenggak minuman yang diberikannya.

"Ayo, cantik. Kita pesta malam ini," kata pria berkulit putih itu.

Aku yang hanya tersenyum saja sambil asyik bergoyang pun mengiyakan. Setelah aku diberikan minum, kurang lebih 3 gelas itu langsung tertidur.

Teman-teman yang bersamaku malam itu sudah asyik dengan dunianya masing-masing. 

Mentari pagi mulai menampakkan sinarnya, betapa terkejutnya aku hanya tertutup sebuah selimut putih besar. Aku sangat terkejut dan takut saat itu, tidak tahu berada dimana.

Setelah aku cuci muka, aku baru tersadar kalau saat ini diriku sedang berada di sebuah hotel. Namun, aku tidak melihat siapa-siapa di dalam hotel tersebut.

Napasku mulai sesak karena menahan malu dan nangis. Aku melihat di pangkal pahaku berdarah dan perih.

"Tuhan, kalau mau ambil nyawaku, ambil saja sekarang," kataku sambil berseru karena malu.

Lalu, aku mencari baju dan tasku. Naas, semuanya hilang.

Aku sangat bingung, hanya ada satu buah baju tidur dari hotel itu dan aku pakai ke lobby. Kepada resepsionis, aku meminta tolong untuk menelpon ibuku.

Setelah ibuku datang, aku meminta ampun kepadanya karena ulahku yang tidak mau mendengarkannya. Betapa beruntungnya aku, ibu masih mau memaafkan anaknya yang hina ini.

Ternyata kami harus membayar kamar hotel  yang sudah dipakai oleh pria bejat itu dengan KTP milikku. Lalu, kami pulang dan aku langsung bersujud di telapak kaki orang tuaku.

Aku menyesal sekali! Tidak akan aku mendekati dunia kebebasan dan teman-temanku itu. 

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Setelah dua bulan aku dinyatakan positif hamil dan harus menanggung beban ini sendirian tanpa adanya sosok ayah.

Semua karena cinta satu malam yang membuat masa depanku hancur, tetapi janin yang ada di dalam rahimku berhak untuk melihat indahnya dunia. Akhirnya, aku memutuskan untuk merawat bayiku dengan sepenuh hati. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Annissa Nur Jannah

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co