Bapak Kos Masuk Kamarku, Pisangnya Besar Banget

17 Juli 2021 11:10

GenPI.co - Namaku Ana. Aku baru kali pertama merantau ke Jakarta. Ini kisahku ketika baru menempati indekos di ibu kota sekitar empat tahun lalu.

Aku pindah dari Semarang karena mendapatkan tugas di kantor pusat. Kuterima tugas itu dengan senang.

Sebelumnya, aku tidak pernah membayangkan bakal merantau di Jakarta. Aku sudah sangat nyaman bekerja di kota kelahiranku.

BACA JUGA:  Suami Wajib Tahu! Jari Bisa Membuat Wanita Di Puncak Kenikmatan

Namun, tugas dari kantor tidak bisa kutolak. Orang tuaku pun sudah memberikan restu.

Hari itu aku mantap bertolak ke Jakarta. Karyawan bagian umum di kantor Jakarta sudah mencarikanku indekos.

BACA JUGA:  Doa Ibu Hamil dan Suami agar Punya Anak Saleh serta Salihah

Lokasinya di bilangan Jakarta Pusat. Menurutku, indekosku sangat bagus. Fasilitasnya pun lengkap.

Ada kamar mandi dalam, AC, internet gratis, dapur, ruang tamu, dan lain-lain.

BACA JUGA:  Istri Minum Air Jeruk Nipis Campur Serai, Suami Jadi Makin Sayang

“Keren,” ujarku dalam hati.

Baca juga: Advice For All College Students Going To School

Hari pertama di Jakarta kulalui dengan baik. Aku sudah berkenalan dengan teman-teman baruku.

Aku pun sudah berkenalan dengan bapak kos. Orangnya sangat baik. Dari kesan pertama yang kutangkap, dia sangat kebapakan.

Dia rupanya hanya bersama istrinya di rumah. Semua anaknya sudah berumah tangga dan hidup terpisah.

Malam itu bapak kos mengetuk pintu kamarku. Aku buru-buru membukakan pintu.

“Ada apa, Pak?” tanyaku.

“Maaf, Non. Bapak lupa. Ada yang belum dibereskan di kamar mandi,” ujar Pak Budi, bapak kosku.

“Oh, baik. Silakan, Pak,”

Pak Budi dengan sopannya masuk kamarku. Dia langsung menuju kamar mandi.

Dia tampak membetulkan keran air. Sejurus kemudian semuanya sudah beres.

“Sekarang kamu bisa mandi pakai air hangat,” ujar Pak Budi.

“Oalah, ada air hangatnya, ya, Pak?”

“Ada, Non. Bapak kemarin lupa membetulkan,” kata Pak Budi.

Tiba-tiba ada suara langkah mendekat. Ternyata Bu Budi. Dia tersenyum melihatku.

Tangannya membawa plastik hitam. Dia lantas memberikan plastik itu kepadaku.

“Ini apa, Bu?”

“Pisang, Non. Buat kamu,”

“Waduh, kok, repot-repot, Bu,”

“Nggak apa-apa. Kamu sudah kami anggap anak sendiri,” ujar Pak Budi.

Aku membuka isi plastik itu. Isinya pisang ambon yang sangat besar. Ada lima pisang di dalam plastik itu.

“Kamu baik-baik di Jakarta, ya, Non. Kerja yang benar. Jangan lupa berdoa,” ujar Pak Budi.

Aku terenyuh mendengar ucapan Pak Budi. Tidak kusangka dia sangat baik. Bu Budi mengelus kepalaku.

“Ya, sudah. Kamu istirahat saja,”

Pak Budi dan istrinya langsung keluar kamar. Aku memasukkan pisang pemberian mereka ke kulkas. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng
pisang   bapak kos   indekos   dear diary   jakarta  

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co